Bali (Kemenag) – Bali Interfaith Movement (BIM) 2024 dan Tri Hita Karana Universal Reflection Journey akan berlangsung pada 14–15 Desember 2024 di 3 Mountains Kura Kura Bali. Acara ini menggemakan spirit Deklarasi Istiqlal, yang mengusung visi membangun harmoni global melalui kolaborasi lintas agama. Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, dijadwalkan hadir dalam perhelatan akbar ini untuk memberikan dukungan penuh terhadap gerakan tersebut.
Dalam BIM 2024, dua isu krusial menjadi fokus utama: Dehumanisasi Global dan Krisis Lingkungan. Kedua isu ini sejalan dengan nilai-nilai lokal Tri Hita Karana yang mengintegrasikan harmoni manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Namun, yang lebih penting, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) memiliki peran strategis sebagai penggerak utama dalam mengawal gerakan ini.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Abu Rokhmad, menegaskan bahwa PTKIN maupun PTKN harus menjadi pelopor dalam membumikan semangat BIM 2024. Dengan kapasitas akademik yang dimiliki, PTKIN dapat memberikan kontribusi signifikan, baik melalui riset, pendidikan, maupun aksi nyata.
"PTKIN memiliki tanggung jawab strategis untuk mengawal gerakan ini, memastikan isu dehumanisasi dan lingkungan hidup mendapat perhatian serius di tingkat akademik dan masyarakat luas," ujar Abu pada Rapat Koordinasi Evaluasi Pre-Event Bali Interfaith Movement 2024 dan Tindak Panjut Deklarasi Istiqlal di Bali, Jumat (13/12/2024) malam.
Inovasi berbasis lingkungan seperti Green Campus menjadi salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan oleh PTKIN. Selain itu, integrasi nilai-nilai keberlanjutan ke dalam kurikulum madrasah dan pesantren juga menjadi prioritas. Abu menekankan bahwa pendidikan berbasis harmoni dan lingkungan adalah fondasi penting untuk mencapai tujuan SDGs dan menghadapi tantangan global.
BIM 2024 mengadopsi filosofi lokal Tri Hita Karana sebagai refleksi universal untuk menjawab tantangan global, seperti perlambatan pencapaian SDGs dalam pengentasan kemiskinan dan perlindungan lingkungan. Filosofi ini sejalan dengan Deklarasi Istiqlal yang mendorong agama-agama untuk menjadi kekuatan pemersatu dan agen perubahan positif.
"Spirit Bali ini harus diimplementasikan oleh PTKIN di seluruh Indonesia. Ini adalah perjuangan bersama, sebuah maraton panjang untuk dunia yang lebih baik," tegas Dirjen.
Acara ini diharapkan menjadi momentum penting untuk memperkuat dialog lintas agama dan kolaborasi global dalam menciptakan dunia yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Dengan PTKIN sebagai penggerak, semangat Deklarasi Istiqlal dapat diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan dan program inovatif yang berdampak luas.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah, akademisi, dan komunitas agama, BIM 2024 diharapkan menjadi katalisator perubahan menuju harmoni dan keberlanjutan di tingkat nasional dan global.
Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Indonesia, Alissa Wahid, menjelaskan bahwa Deklarasi Istiqlal merupakan kerangka kerja nilai yang dapat menyatukan umat lintas agama dalam menghadapi tantangan global. "Nilai agama-agama memiliki kekuatan untuk melawan dehumanisasi, sementara ritual keagamaan dapat menyentuh hati manusia untuk berkontribusi terhadap perubahan positif," jelasnya.
“Deklarasi ini adalah kerangka nilai bagi agama-agama untuk menyatukan umat manusia. Ritual agama memiliki kekuatan untuk menyentuh hati manusia dan memicu perubahan,” tambah Alissa.
Bagikan: