Pekalongan (Pendis) - Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbyiah & Ilmu Keguruan (FTIK) UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan selenggarakan Seminar Nasional Tadris Matematika (SANTIKA) 2. Kegiatan ini dilaksanakan secara blanded, yakni bertempat di ruang meeting gedung FTIK lantai 1 dan online melalui media zoom meeting pada Jumat (16/09). Seminar ini diikuti oleh dosen dan mahasiswa baik dari UIN Gus Dur dan diluar UIN Gus Dur.
Acara Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian akhir acara Harlah Tadris Matematika FTIK UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. SANTIKA 2 tahun ini mengambil tema “STEM-Based Mathematics Learning Innovation in the Era of Society 5.0”. Sebagai narasumber, Dr. Alongkot Maiduang dari The Institute for the Promotion of Teaching Science and Technology (IPST), Thailand dan I Gusti Ayu Russasmita Sri Padmi, MSc. dari Seameo Regional Center for QITEP in Mathematics (SEAMEO SEAQiM).
Dalam sambutannya dekan FTIK, M. Sugeng Sholehuddin mengukapkan seminar nasional inidiikuti oleh 68 peserta se_Indonesi, salah satunya dari Palopo. Sugeng berpesan kepada panitia pelaksana seminar untuk terus melanjutkan prestasi yg sdah diukir, seperti halnya kegiatan hari ini. “Harapannya semua peserta hari ini bisa ikut partisipasi dalam kegiatan seminar berikutnya,” ungkap Sugeng.
dibuka langsung oleh rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Prof. H. Zaenal Mustakim. Dalam sambutannya Prof. zaenal menyampaikan apresiasinya kepada panitia kegiatan seminar nasional ini. “kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras panitia dan partisipasi Bapak Ibu dalam kegiatan SANTIKA 2,” ungkap Prof. Zaenal. Rektor mengatakan, seminar ini merupakan wadah bagi para peneliti di bidang Pendidikan matematika untuk berbagi hasil penelitian. “Kami sangat berharap seminar ini akan menambah wawasan serta memberikan wadah bagi dosen, guru, mahasiswa, praktisi Pendidikan dan alumni Tadris Matematika UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID Pekalongan untuk mempresentasikan hasil penelitian,” ungkap Prof. Zaenal.
Zaenal mengungkapkan, pendidikan di era society 5.0 menuntut setiap orang untuk lebih kreatif, inovatif, produktif, adaptif dan juga kompetitif. “Pada abad 21 ini diperlukan pendidikan tentang kecakapan hidup atau yang dikenal dengan istilah 6C. Maksud 6C disini adalah Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration, Compassion, Computational Thinking,” tutur Zaenal.
Ditemui pasca kegiatan, ketua panitian SANTIKA 2, Santika Lya Diah Pramesti mengatakan Seminar ini merupakan seminar kedua yang diadakan sebagai wadah bagi para peneliti di bidang Pendidikan matematika untuk berbagi hasil penelitian. ”Kami sangat berharap bahwa seminar ini akan menambah wawasan serta memberikan wadah untuk mempresentasikan hasil penelitian bagi sivitas akademika dan alumni Tadris Matematika,” tandasnya.
Dalam penyampaian materinya Dr. Alongkot Maiduang mengatakan, society 5.0 adalah masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang nyata. Sedang I Gusti Ayu menyampaikan, teknologi tidak harus bersifat teknikal dan semua diawali dari teknologi yg sederhana atau primitif.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Popularitas STEM sebagai salah satu pendekatan pembelajaran inovatif akhir-akhir ini meningkat di Indonesia. Pembelajaran berbasis STEM dipandang sebagai salah satu cara yang tepat untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad ke-21.(Baryachi)
Bagikan: