Pengantar

Siti Aliani adalah salah satu peserta Pengembangan Penguatan Wawasan Islam Rahmatan Lil Alamin dan Multikultur pada SMP yang diselenggarakan di Pontianak pada 6-8 November 2019. Tinggal di Sambas yang berbatasan langsung dengan negara jiran, tidak menghalangi bakat menulis Siti dan cita-citanya untuk menjadi Polwan. Artikel ini cool sebagaimana pilihan tema “disiplin itu cool”. Kamu yang siswa SMP juga bisa berpartisipasi untuk menulis artikel terkait disiplin itu cool, islam rahmatan lil alamin, sekolahku tanggung jawabku, bersih sebagian dari iman atau tema pendidikan agama islam lainnya. Silahkan menghubungi subditpais.smp@gmail.com untuk pengiriman artikrl atau informasi lebih lanjut.

 

Antri Itu Keren

Sering kita menemukan di beberapa tempat umum tulisan “ Harap Antri”. Jika dilihat secara sekilas, mungkin kita menganggap tulisan tersebut hanya bermakna bahwa kita harus mengantri dan tidak menyerobot barisan sesuai urutan. Akan tetapi, jika dipahami lebih mendalam, pernahkah kita menyadari bahwa mengapa sampai tulisan itu dipajang di tempat-tempat umum tersebut? Apakah perlu dipajang tulisan tersebut? Mungkin sudah mulai tergambar di benak pembaca maksud dari pertanyaanku ini. Benar sekali, munculnya tulisan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa masyarakat kita, Indonesia adalah masyarakat yang tidak tertib. Ini seperti hubungan sebab akibat. Jika tidak ada sebab, maka akibat tidak akan terjadi. Munculnya tulisan tersebut  karena sudah seringnya terjadi pelanggaran yang berhubungan dengan ketertiban. Satu di antaranya adalah ketertiban dalam  mengantri yang jauh dari kehidupan bermasyarakat Indonesia saat ini.

Seharusnya tidak diperlukan lagi tulisan “Harap Antri” jika budaya antri di Indonesia sudah mendarah daging. Akan tetapi, kenyataannya tidak seperti itu. Mungkin sudah tidak heran lagi jika kita melihat ada orang tak tahu malu menerobos antrian hanya karena dia lebih besar atau karena kenal dengan penyedia layanan. Sikap egois dan tidak menghargai orang lain masih saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka. Hal ini sering ku lihat saat di kantin sekolah, yaitu ketika melakukan antrian jajan, ada beberapa siswa yang merasa badannya lebih besar memaksa untuk lebih dahulu membeli jajan, padahal dia datang belakangan. Siswa yang badannya lebih kecil tentu mengalah.

Aku adalah siswa kelas VIII A di SMP Negeri 5 Jawai yang berada di Desa Lambau Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas. Sudah satu tahun lebih aku menuntut ilmu di sana. Begitu banyak hal yang menjadi pengamatanku di sekolah, satu di antaranya adalah budaya antri siswa. Sejak SD sebenarnya kami sudah diajarkan untuk selalu menghargai orang lain, akan tetapi entah kenapa masih banyak siswa yang tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat mengantri pada contoh di atas.

Berdasarkan hasil berbincang-bincang dengan guru Bahasa Indonesia di SMPN 5 Jawai, ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh masyarakat yang tidak mau mengantri. Alasan yang paling klasik adalah mereka berada dalam keadaan darurat. Mereka beralasan berada dalam situasi yang sedang darurat sehingga harus terburu-buru untuk mengatasi situasi tersebut dan memilih untuk tidak mengantri dengan tertib. Alasan selanjutnya adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya budaya antri. Mereka menganggap menerobos antrian adalah hal yang wajar selama orang lain tidak menegur. Sehingga, hal tersebut menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Namun, bisa berbahaya jika ada pihak yang merasa terganggu dengan perbuatannya tersebut dan dapat berakhir dengan keributan. Kebiasaan seseorang memotong antrian bisa berdampak pada orang lain yang melihatnya. Dengan kata lain, orang tersebut telah memberikan pengaruh buruk terhadap orang lain dengan kemungkinan kelakuannya bisa diikuti karena merasa itu bisa boleh dilakukan.

Budaya antri harus ditanamkan sejak dini, karena banyak hal di dalam kehidupan sehari-hari  yang memerlukan aktivitas mengantri. Contohnya saat mengantri di minimarket, mengantri di rumah sakit, mengantri di SPBU, dan masih banyak kegiatan mengantri lainnya. Sering orang tidak sabar saat mengantri dan selalu ingin mendahului orang di depannya. Apapun alasannya, semendesak apapun keperluan kita, seharusnya kita tetap mengantri agar ketertiban bisa terjaga. Dalam kehidupan berkeluarga, orang tua hendaknya sudah mengajarkan anak-anaknya untuk terbiasa mengantri. Dengan begitu, ketika anak berada di lingkungan sekolah atau masyarakat, dia tanpa sadar sudah menerapkan kebiasaan mengantri tanpa perlu diingatkan. Akan tetapi, masih saja masyarakat Indonesia seperti kesuitan untuk menerapkan budaya antri.

Sesulit itukah menerapkan budaya antri pada masyarakat Indonesia? Padahal, jika kita lakukan, hal tersebut adalah sesuatu yang sangat mudah dan sangat sederhana. Namun, herannya tidak semua orang mau melakukannya. Mungkin hal ini terasa sepele, akan tetapi akan menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, jika budaya antri punah dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka kegiatan pelayanan umum tidak akan tertib dan bisa menjadi kekacauan. Kita hanya perlu membiasakan diri untuk bersabar dan memiliki kemauan untuk mengantri agar hal tersebut tidak terjadi.

Di televisi, aku pernah menonton negara-negara barat yang sudah membudayakan antri dalam setiap sendi kehidupan mereka.  Jika dibandingkan dengan negara-negara barat kita memang masih jauh soal ketertiban mengantri. Negara di Asia yang paling terkenal dengan budaya antrinya adalah Jepang.  Warga di sana rela mengantri  dengan tertib meskipun antrian panjang sekalipun. Kita bisa melihat sendiri negara tersebut adalah negara  yang sangat maju. Semuanya dimulai dari warganya yang sangat tertib sehingga berpengaruh terhadap pemerintahan, sosial, dan ekonomi negara tersebut. Hal seperti inilah yang patut kita contoh. Bukan berarti kita melupakan rasa nasionalisme terhadap bangsa kita. Seperti kata pepatah “Buang yang keruh, ambil yang jernih”.

Alangkah kerennya jika setiap masyarakat di Indonesia tertib mengantri. Tidak akan ada lagi yang namanya saling serobot, saling mendahului, dan mengutamakan kepentingan sendiri. Kita harus sadar bahwa kita memiliki keperluan yang sama-sama penting. Tidak perlu kita merasa bahwa kepentingan kita lah yang paling utama. Egoisme yang tidak terkendali akan membuat individu yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan bersama.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan jika memahami makna dari budaya antri. Sudah jelas bahwa kegiatan mengantri dapat melatih kesabaran kita. Mungkin sudah sering kita mendengar “Orang sabar di sayang Tuhan” . Bukankah itu sangat keren, dengan mengantri saja kita sudah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, yaitu kesabaran. Selain itu, pelajaran lain yang bisa kita dapatkan dari kegiatan mengantri adalah belajar menghormati  dan menghargai hak orang lain. Saat kita sabar menunggu dan tidak memotong barisan berarti kita sudah menghormati  atau menghargai orang lain. Kita juga bisa berinteraksi dengan orang lain sambil menunggu antrian berkurang. Dengan demikian, kita bisa mendapatkan teman baru dan terhindar dari bosan menunggu.

Marilah kita bersama-sama mewujudkan budaya antri dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya untuk generasi muda, marilah kita saling mengingatkan untuk mencapai keinginan tersebut. Sematkan dalam diri kita bahwa “Antri itu keren”.

 

 

 

 

Penulis:

Siti Aliani biasa dipanggil Siti. Terlahir di desa Pelimpaan, 16 Agustus 2005 dari pasangan Walidi dan Dalimah. Anak ke-2 dari 3 bersaudara. Kaka yang tertua bernama Wildawati dan adik bernama Rahiman. Saat ini menimba ilmu di SMPN 5 Jawai yang letaknya berdampingan dengan desa tempat tinggal saya. Cita-cita saya ingin mendai Polisi Wanita (POLWAN). Hobi saya bermain voli. Saat ini masih tinggal bersama orang tua, tepatnya di Dusun Cahaya Rt 011/005 Desa Pelimpaan kecamatan Jawai.