Sentuh Siswa, Direktorat PAI Gerakkan Rohis Religius Moderat

Sesi Api Unggun Religius Moderat dalam kegiatan Penguatan Rohis dalam Mendukung Implementasi Moderasi Beragama di Bogor (01/11)

Bogor (PAI) -- Kerohanian Islam (Rohis) sebagai organisasi sayap dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) memiliki fungsi yang sangat vital dalam upaya memperkuat karakter peserta didik di jenjang SMA/SMALB/SMK. Rohis bukan sekedar bagian dari OSIS yang hanya mengembangkan seni, budaya, dan kreativitas siswa. Akan tetapi lebih dari itu semua, mampu membentuk siswa-siswi yang religius dan moderat di dalam olah rasa hati, olah pikir, dan olah tindakan yang mampu menjadi suri tauladan bagi seluruh anggota keluarga besar sekolah serta masyarakat luas.

Dalam konteks upaya menggerakkan Kerohanian Islam menjadi organisasi yang religius dan moderat, maka Direktorat Pendidikan Agama Islam melalui Subdit PAI pada SMA/SMALB/SMK melalui kegiatan Penguatan Rohis dalam Mendukung Implementasi Moderasi Beragama di Bogor (30 Oktober sampai 01 November 2023) mengundang berbagai pakar pendidikan guna mencapai tujuan dimaksud.

Materi pertama, Bincang Asyik seputar Rohis oleh Sudarjat (Founder Direktur Al-Haya Center) dalam giat Penguatan Rohis dalam Mendukung Implementasi Moderasi Beragama mengatakan bahwa dalam mengembangkan siswa-siswi yang tergabung dalam Rohis mesti disentuh dulu hatinya, baru kemudian pikiran dan perbuatannya. "Ada proses aktivasi, koneksi, dan afirmasi yang dapat dilakukan oleh guru PAI pembina Rohis di sekolah untuk mengembangkan Rohis menjadi organisasi yang bermental religious dan moderat," ujarnya. Tujuan giat untuk menjadikan Rohis sebagai inspirator generasi yang mencintai Indonesia yang majemuk dan bernafaskan perjuangan pahlawan bangsa. "Sekarang saya tanya, apa saja tantangan anak muda Indonesia di masa depan?. Apakah globalisasi, kerusakan alam, krisis pangan, kedaulatan negara atau dekadensi moral. Atau justru seluruhnya?. Dengan mengamati varian problema tersebut, sudah seharusnya generasi muda tertantang untuk menemukan jawaban terbaik, bukan dengan memperkeruh kondisi degradasi," terang Sudarjat di Bogor (31/10).

Dilanjutkan oleh Mustahdi (Tim Pengembang PPKB GPAI) dalam materinya Pentingnya Membangun Rohis melalui Learning Organization, menjelaskan cara merawat sebuah organisasi ada lima langkah terbaik yakni, pertama, berpikir sistemik (system thinking), keahlian pribadi (personal mastery), mental model (model mental), berbagi visi (shared vision), pembelajaran kelompok (team learning). "Organisasi itu bagaikan pohon, akan menjadi subur dan berkembang bahkan menghasilkan buah jika dirawat dengan baik. Begitu pula Rohis, disiplin dalam menerapkan lima langkah terbaik untuk mengembangkan sebuah organisasi," ujar Mustahdi.

Senada dengan Sudarjat dan Mustahdi, Budi Bagus Prasetyo selaku Founder Rhythm of Empowerment (ROE) menekankan bahwa setiap diri manusia adalah unik dan memiliki peran masing-masing yang mampu melejit sesuai potensi, "ada yang namanya timbre dalam tubuh kita, dimana fungsinya adalah menjalankan fungsi kita sebagai manusia yang berbeda dan spesial. Setiap kita jika mampu berkolaborasi maka akan menghasilkan keindahan. Begitu juga dengan kehidupan sosial dimana siswa Rohis mampu bertoleransi sekaligus spiritualnya kuat maka akan menjadi pelopor harmoni, sebagaimana musik terbentuk dari beragam nada yang sinkron dalam aransemen."

Dalam keseharian, sejatinya berbagai praktik baik telah dilakukan oleh Rohis sebagai organisasi siswa SMA/SMALB/SMK yang religius dan moderat, sebagaimana dipaparkan oleh Hery Nugroho (GPAI Berprestasi Tingkat Nasional) memaparkan Inspirasi Manajemen Rohis SMA/SMK di Provinsi Jawa Tengah sebagai Best-Practices. Hery menekankan tiga hal penting yakni pengurus Rohis, program unggulan dan alasan mendasar Rohis hadir di sekolah. "Dalam konteks pengembangan nilai keagamaan Islam di sekolah maka peran Rohis menjadi urgen karena di dalamnya terdapat berbagai prinsip dan pembiasaan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin, dimana siswa-siswi muslis dapat mengembangkan kajian keilmuan ke-Islaman sekaligus melatih kepekaan sosial, seni, kreativitas, plus moderasi beragama," tegasnya.

Hery juga mengingatkan Rohis agar senantias membina kerjasama dengan berbagai pihak seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan di daerah, kampus-kampus, pihak swasta, organisasi kemasyarakatan lainnya agar tercipta simbiosis yang saling menguatkan ekosistem ke-Islaman dan keagamaan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.



Terkait