Pontianak (Pendis) - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama telah merencanakan program unggulan untuk para bendahara di lingkungan satuan kerja (satker) Pendidikan Islam, tutur Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Moh. Isom Yusqi didampingi Kepala Bagian Keuangan Aceng Abdul Aziz ketika memberikan arahan pada acara "Workshop Penatausahaan Perbendaharaan Program Pendidikan Islam Provinsi Kalimantan Barat". Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyadari peran penting para bendahara dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, sehingga perhatian khusus terhadap para bendahara ini mutlak diperlukan. Selain mempunyai fungsi sebagai salah satu pejabat perbendaharaan, diharapkan para bendahara juga mampu menjalankan fungsi edukasi baik di satkernya maupun bagi rekan sejawat di satker lainnya.
Program unggulan bagi bendahara sebagaimana disinggung oleh Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, pertama adalah sertifikasi bagi para bendahara. Sertifikasi ini adalah implementasi dari amanat Perpres nomor 7 tahun 2016 dan Peraturan Menteri Keuangan 126 Tahun 2016 bahwa para bendahara harus tersertifikasi. Dalam Pelaksanaannya, program sertifikasi untuk para bendahara ini dapat dilakukan dengan membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB), Kementerian Keuangan. Ditjen Pendis, akan segera mendorong MoU ini dan mengimplementasikan program ini paling lambat di Tahun 2018.
Selain program kerjasama dengan DJPB, Ditjen Pendis juga merancang kegiatan internal untuk peningkatan kompetensi para bendahara, baik soft competencies ataupun hard competencies. Pelatihan peningkatan kompetensi ini akan dilakukan secara bertahap dan terukur. Isom menuturkan, hal yang paling penting bagi para Bendahara adalah patuh dan menerapkan 5 (lima) Budaya Kerja Kementerian Agama. Nilai-nilai integritas, profesionalitas, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan adalah sebuah kesatuan nilai yang membentuk karakter pegawai Kementerian Agama. Budaya Kerja Kementerian Agama ini adalah tingkatan skill yang paling tinggi karena ini merupakan spiritual skill. Tanpa spiritual skill, hard dan soft skill menjadi kurang bermakna, tutur Sesditjen Pendis.
Masih menurut Isom, bahwa para peserta kegiatan ini dituntut untuk memberikan implementasi atas apa yang didapatkan di kegiatan ini. Kegiatan ini didesain dengan mengkombinasikan antara teori (update regulasi) dan solusi teknis serta diskusi atas permasalahan yang jamak ditemui pada pengelolaan keuangan. Bapak-ibu sekalian harus menjadi agent of change di satker masing-masing, menjadi booster atas peningkatan kualitas Laporan Keuangan (LK) Ditjen Pendidikan Islam serta kualitas LK Kementerian Agama pada umumnya, demikian pungkas Isom Yusqi dalam arahannya.
Workshop ini diikuti oleh 100 Peserta yang berasal dari IAIN Pontianak, seluruh Kankemenag Kabupaten/Kota serta seluruh madrasah negeri di Propinsi Kalimantan Barat dan dari Ditjen Pendis Jakarta. Bagian Keuangan Ditjen Pendidikan Islam menghadirkan Narasumber dari KPPN Kota Pontianak, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, dan juga dari internal Ditjen Pendidikan Islam. Workshop ini berakhir pada hari Jumat, 7 April 2016. (Hbas/Cung/Dwe/dod)
Bagikan: