Lombok (Kemenag) - Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Thobib Al Asyhar menekankan pentingnya cara transfer of knowledge yang lebih baik dan inovatif dalam pembelajaran. Pernyataan ini disampaikan Thobib saat memberikan arahan pada acara Penguatan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Angkatan II yang digelar di Lombok, Rabu (15/5/2024).
Dalam arahannya, Thobib menekankan bahwa dunia pendidikan saat ini menghadapi tantangan besar di era digital. Oleh karena itu, guru madrasah harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
"Guru harus terus berinovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan karakteristik peserta didik saat ini," ujarnya.
Thobib juga menggarisbawahi pentingnya guru untuk tidak hanya mengandalkan metode konvensional, tetapi juga memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses belajar mengajar. Menurutnya, penggunaan teknologi tidak hanya mempermudah transfer pengetahuan, tetapi juga dapat meningkatkan partisipasi dan minat belajar siswa.
"Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran harus dilakukan secara optimal untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan," tambahnya.
Selain itu, Thobib juga mendorong para guru untuk aktif dan fokus terhadap apapun materi yang diterima selama mengikuti kegiatan penguatan kompetensi ini.
"Kami berharap para guru dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk terus belajar dan mengembangkan diri, sehingga tidak berhenti sebagai seorang pembelajar," tuturnya.
Dengan adanya dorongan dan arahan dari Direktur GTK Madrasah ini, diharapkan para guru dapat lebih termotivasi untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran, sehingga dapat melahirkan generasi muda yang kompeten dan siap menghadapi tantangan masa depan.
"Indonesia sudah lama menghadapi krisis pembelajaran. Saat ini upaya adalah untuk mengembalikan stabilitas pembelajaran dengan berbagai inovasi salah satunya membangun kurikulum merdeka yang dirancang agar para guru dapat mengembangkan kemampuan mengajarnya secara mandiri," ujarnya.
Salah satu indikator krisis pembelajaran di Indonesia adalah posisi siswa yang seringkali dijadikan sebagai objek pembelajaran. "Anak didik harus dijadikan subjek pembelajaran. Mereka adalah individu yang memiliki potensi jiwa yang dapat berkembang jika diberikan stimulasi yang tepat dari luar," tambahnya.
Kemampuan seorang guru sebagai stimulan sangat penting untuk mendukung anak didik dalam memperoleh pengetahuan yang maksimal. "Posisi guru kurang relevan ketika hanya diposisikan sebagai penyampai materi. Seorang guru harus memiliki kemampuan kontekstual dan kreatif dalam menemukan diferensiasi dalam pembelajaran," katanya.
Lebih lanjut, Kementerian Agama akan terus mendorong Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) untuk memiliki kemampuan mendampingi dan menjadi supervisor yang baik bagi anak didik.
Sebagai bagian dari upaya penguatan kompetensi, Kemenag akan melaksanakan program pengembangan dan pelatihan bagi guru-guru berprestasi di University of Canberra, Australia, untuk semua level pendidikan.
"Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai program pelatihan dan pengembangan kompetensi guru," tutupnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam sistem pendidikan madrasah, meningkatkan kompetensi guru, dan pada akhirnya menghasilkan siswa yang lebih berprestasi dan mandiri dalam proses pembelajaran.
Bagikan: