Serpong (Kemenag) — Dalam upaya memperkuat sistem pendidikan Islam di wilayahnya, Kementerian Pendidikan Dasar, Tinggi, dan Teknis (MBHTE) Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM), Filipina, melakukan kunjungan studi ke Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Serpong, Senin (21/4/2025).
Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda benchmarking yang dijadwalkan berlangsung pada 19–26 April 2025 ke berbagai institusi pendidikan di Indonesia, termasuk madrasah dan perguruan tinggi keagamaan Islam. Sebanyak 22 delegasi BARMM turut hadir dalam rombongan.
Direktur Jenderal Pendidikan Madrasah BARMM, Tahir G. Nalg, mengungkapkan bahwa kunjungan ini difokuskan untuk mempelajari mekanisme seleksi siswa serta proses rekrutmen tenaga pengajar di MAN IC Serpong, yang dikenal sebagai salah satu madrasah unggulan di Indonesia.
“Kami ingin memahami bagaimana madrasah di Indonesia, khususnya MAN IC, menjaga mutu pendidikan melalui seleksi siswa dan rekrutmen guru. Ini penting karena kualitas lembaga sangat ditentukan oleh prestasi siswa dan kompetensi pengajarnya,” ujarnya.
Senada dengan itu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi BARMM, Marjuni M. Maddi, menambahkan bahwa pihaknya juga menelaah model pengelolaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya BARMM dalam membangun dan mengembangkan institusi pendidikan tinggi Islam di Mindanao, yang mereka sebut dengan istilah kulliyyah.
“Kami sedang menyusun strategi penguatan pendidikan tinggi Islam agar menjadi pusat unggulan riset dan pendidikan. Hasil dari benchmarking ini akan menjadi bahan penting dalam merumuskan kebijakan pendidikan kami ke depan,” jelasnya.
Kehadiran delegasi BARMM disambut hangat oleh Direktur KSKK Madrasah Kementerian Agama RI, Nyayu Khodijah. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa madrasah di Indonesia mengusung pendidikan holistik, yang menyeimbangkan ilmu pengetahuan umum dan agama serta menanamkan nilai-nilai kehidupan.
“Madrasah tidak hanya mendidik soal ilmu dan agama, tapi juga membentuk karakter—kejujuran, toleransi, kedisiplinan, dan rasa hormat. Ini bagian dari kurikulum berbasis cinta yang sedang kami kembangkan untuk menumbuhkan cinta kepada Tuhan, sesama, bangsa, dan alam,” tutur Nyayu.
Sebagai informasi, proses seleksi siswa di MAN IC dilakukan melalui dua jalur: jalur prestasi dan jalur tes berbasis Computer-Based Test (CBT). Sementara itu, proses rekrutmen guru melibatkan tahapan administrasi, uji akademik, hingga wawancara, yang semuanya dikawal langsung oleh Kementerian Agama sebagai penjamin mutu.
Benchmarking ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Filipina, khususnya dalam pengembangan sistem pendidikan Islam yang unggul, inklusif, dan berkelanjutan.
(MAb)
Bagikan: