Jakarta, (www.kemenag.go.id) - Jumlah putus sekolah siswa madrasah di tiap tingkatannya masih cukup tinggi. Meski terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Di tahun ajaran 2008/ 2009 siswa DO di tingkat MI 12161 siswa dari 2 916.227 murid, Mts 18723 siswa dari 2.437.262 murid, MA 4290 dari 397.366 siswa. Di tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa DO MI 7364 siswa dari total 3.013.220, 9101 siswa MTS dari 2.541.839 siswa, 3405 siswa MA 917.227 siswa.
Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) A Saifuddin mengatakan angka tersebut lebih tinggi dibandingkan jumlah siswa putus sekolah di lembaga pendidikan umum.
Tingginya angka DO siswa madrasah, menurut Saifuddin, sebagian besar dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi. Kebanyakan orangtua siswa madrasah hidup dengan tingkat kesejahteran dan perekonomian yang rendah. "Ada orangtua yang berpenghasilan per bulan di bawah 500 ribu rupiah,"kata dia, di Jakarta, Selasa (22/3).
Bahkan kondisi ini, lanjut Saifuddin, ikut berimbas pada kesan yang dilekatkan terhadap lembaga pendidikan madrasah. Trand mark madrasah tak lebih dari lembaga bagi siswa yang tidak mampu. Padahal, jika dilihat dari segi SDM tak sedikit siswa madrasah yang mempunyai kemampuan dan kompetensi serta tingkat kecerdasan tinggi.
Karenanya, kata Saifuddin, pemerintah berupaya menekan angka DO dengan melakukan berbagai program bantuan. Diantaranya adalah program bantuan beasiswa kepada siswa madrasah yang kurang mampu. Bantuan ini diberikan di luar alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Bantuan juga diberikan untuk meningkatkan kualitas guru Madrasah dan perbaikan sarana prasarana.(rep/nashih)
Bagikan: