Jakarta (Kemenag) — Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menegaskan bahwa keberpihakan terhadap anak dalam dunia pendidikan bukan sekadar slogan, melainkan prinsip mendasar yang berakar dari nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan. Hal ini disampaikannya dalam Konferensi Pendidikan Indonesia bertema “Berdaya Bersama untuk Keberlanjutan Pendidikan yang Berpihak Kepada Anak”, yang berlangsung pada Rabu (14/5/2025).
Dalam paparannya, Amien menyampaikan urgensi pendidikan yang berangkat dari nilai-nilai cinta, kasih sayang, dan penghargaan terhadap keberagaman. “Kita semua lahir dari ruang cinta. Maka pendidikan harus dimulai dari cinta kepada sesama manusia dan cinta kepada lingkungan,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa anak-anak perlu dikenalkan sejak dini pada nilai-nilai kemanusiaan universal, seperti mencintai sesama tanpa memandang suku, usia, atau latar belakang. Hal ini penting untuk menghindari praktik-praktik eksklusi sosial dan diskriminasi di lingkungan pendidikan.
“Anak-anak harus memahami bahwa Tuhan sangat menghargai manusia. Maka tugas kita sebagai pendidik adalah menanamkan nilai-nilai ini sejak usia dini, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang inklusif dan penuh empati,” tambahnya.
Tak hanya aspek sosial, Amien juga menyoroti pentingnya kesadaran ekologis dalam pendidikan anak. Ia mengingatkan bahwa cinta terhadap alam adalah bagian dari kecintaan terhadap kehidupan itu sendiri. “Anak-anak harus dilatih mencintai lingkungan, sebab dari sanalah kehidupan kita bergantung. Pendidikan yang tidak berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang memisahkan anak dari realitas masa depannya,” tegasnya.
Kurikulum Cinta itu sendiri memiliki empat aspek utama yang perlu ditanamkan kepada peserta didik, yakni cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada lingkungan, dan cinta kepada tanah air.
Lebih lanjut, Amien mengajak semua pemangku kepentingan untuk tidak melihat keterbatasan sosial atau ekonomi sebagai hambatan dalam memajukan pendidikan. Sebaliknya, tantangan-tantangan itu harus dilihat sebagai peluang untuk menghadirkan solusi yang berpihak pada anak dan masa depan mereka.
“Kita tidak boleh menyerah pada ketimpangan. Justru dari sanalah muncul inovasi. Pendidikan harus menjadi ruang harapan, bukan sekadar tempat transfer ilmu,” ujarnya penuh semangat.
Konferensi ini menjadi momentum penting dalam menguatkan komitmen kolektif demi keberlanjutan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan yang berpihak kepada anak. Dengan pendekatan berbasis kasih, empati, dan kepedulian lingkungan, Amien meyakini bahwa pendidikan Islam dan pendidikan nasional secara luas dapat mencetak generasi masa depan yang unggul, peduli, dan bertanggung jawab.
Bagikan: