Jakarta (Kemenag) — Kementerian Agama tengah Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai pendekatan pendidikan karakter yang menanamkan nilai cinta terhadap ilmu, lingkungan, sesama, dan bangsa. KBC sebagai solusi atas berbagai krisis moral karena absennya cinta dalam diri generasi muda.
Demikian disampaikan Yudi Latif akademisi nasional dan cendekiawan muda saat memberikan pandangan pada Uji Publik KBC pada Selasa (15/4/2025). "Cinta itu menumbuhkan, merawat, dan mendorong kemajuan," ujarnya.
Uji publik ini tidak hanya menjadi ruang perkenalan konsep baru, namun juga menjadi ajang diskusi substansial dan reflektif mengenai arah pembaruan pendidikan Islam di Indonesia.
Yudi menekankan bahwa KBC merupakan upaya untuk mengembalikan pendidikan pada esensinya mengembangkan potensi peserta didik melalui kekuatan cinta. “Cinta terhadap ilmu, bangsa, dan lingkungan adalah fondasi karakter yang kokoh. Banyak persoalan bangsa seperti korupsi dan kerusakan lingkungan lahir karena hilangnya cinta terhadap tanah air,” ujarnya.
Ia memaparkan sepuluh karakter cinta yang menjadi landasan kurikulum ini, antara lain bahwa cinta itu aktif, melatih empati, menumbuhkan potensi, merawat, hingga mendorong pengorbanan demi kebaikan bersama dan kemajuan bangsa. “Cinta adalah jalan menuju kehidupan yang bermakna,” tegasnya.
Sementara itu, Fasli Jalal menilai KBC selaras dengan visi besar Indonesia Emas 2045, dengan fokus pada pengembangan sumber daya manusia unggul secara intelektual, moral, dan spiritual. Ia menyebut KBC memiliki pendekatan holistik, integrasi nilai-nilai universal, dan struktur implementasi yang terencana.
“Namun implementasi KBC harus diperkuat secara praksis di lapangan agar tidak berhenti pada konsep normatif,” sarannya. Ia juga menyoroti sejumlah tantangan, seperti indikator keberhasilan yang belum spesifik serta kesiapan sumber daya guru dan teknologi yang perlu ditingkatkan.
Pada akhirnya, KBC dipahami bukan sebagai kurikulum pengganti, melainkan pendekatan pengayaan yang memberi ruh cinta pada proses pembelajaran. Melalui nilai-nilai kasih sayang dan kemanusiaan, kurikulum ini diharapkan mampu melahirkan generasi pembelajar yang mencintai ilmu, sesama, dan tanah air, serta siap menghadapi tantangan global dengan karakter kuat dan hati yang lembut.
Bagikan: