Jakarta (Kemenag) — Ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di seluruh Indonesia antusias mengikuti seleksi awal Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Nasional ke-8 yang untuk pertama kalinya digelar secara Computer-Based Test (CBT). Sebanyak 8.340 santri dari 1.061 pesantren terlibat dalam seleksi daring ini.
Yang membanggakan, tujuh kode ujian berhasil ditaklukkan santri dengan nilai sempurna (100). Skor tertinggi ini dicapai pada bidang Fikih, Nahwu, Tafsir, Tauhid, dan Hadis di tingkat Ula, Wustha, hingga Ulya.
Direktur Pesantren, Basnang Said, menyebut pelaksanaan CBT ini sebagai langkah modernisasi pendidikan pesantren. “Kita ingin pesantren tidak hanya kuat di aspek tradisional, tapi juga adaptif terhadap perkembangan zaman,” ujarnya.
Menurutnya, penggunaan teknologi digital dalam seleksi MQK menunjukkan keseriusan negara dalam menjamin kualitas dan objektivitas proses seleksi. “Antusiasme para santri membuktikan bahwa mereka siap bersaing dalam format yang lebih modern tanpa meninggalkan ruh kitab kuning,” imbuh Basnang.
Seleksi CBT MQK Nasional ini menjadi gerbang awal menuju pelaksanaan MQK Nasional yang akan digelar secara luring bulan depan.
“Ini bukan sekadar lomba baca kitab. Ini tentang masa depan pesantren: menjaga tradisi dengan semangat inovasi,” pungkas Basnang.
Sementara itu, Penanggung Jawab MQK Nasional VIII, Yusi Damayanti, menambahkan bahwa pelaksanaan seleksi berlangsung lancar, tertib, dan partisipatif. Bahkan peserta dari wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) pun bisa berpartisipasi secara setara.
Komposisi peserta terbagi atas 4.365 santri putra, 3.827 putri, dan 148 campuran, dengan capaian membanggakan dari santri perempuan yang meraih nilai sempurna di beberapa bidang. “Ini membuktikan pesantren semakin memberi ruang bagi perempuan untuk unggul,” ungkap Yusi.
Provinsi Jawa Tengah menjadi daerah dengan variasi kode ujian terbanyak yang berhasil diraih dengan nilai 100, sedangkan Jawa Barat mencatat jumlah peserta terbanyak, yakni 1.421 santri. Adapun provinsi dengan nilai rata-rata tertinggi peserta adalah Jawa Timur, dengan rata-rata skor 67,46, mengindikasikan kualitas pendidikan kitab kuning yang terus terjaga di wilayah tersebut.
Seleksi CBT MQK Nasional 2025 menjadi bukti nyata bahwa pesantren tidak hanya menjaga warisan keilmuan klasik, tetapi juga terus bergerak dinamis dalam menghadapi era digital. Tahapan ini akan dilanjutkan dengan seleksi lanjutan dan pelaksanaan MQK Nasional secara luring pada bulan mendatang. (MS)
Bagikan: