Jakarta (Pendis) - Utusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Batang Jawa Tengah mengenalkan budaya batik tulis kepada pengujung Madrasah Young Researchers Super Camp (Myres) yang berlangsung di Gedung Sebarguna 2, Asrama Haji Jakarta, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 10-13 Oktober ini merupakan rangkaian dari Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tahun 2022 yang diikuti oleh peserta dari perwakilan madrasah di seluruh provinsi. Setidaknya ada 34 perwakilan madrasah dalam perhelatan Myres tahun ini yang menampilkan berbagai hasil penelitian.
Menariknya, selain menampilkan hasil dari penelitiannya, MAN Batang Jawa Tengah juga mengenalkan budaya batik tulis kepada pengunjung yang kini mulai langka dikarenakan kemajuan teknologi dalam bisnis batik sendiri.
"Sekaligus di Kabupaten Batang terkenal dengan pengrajin batik tulis dan untuk batik yang sudah go internasional, tapi pembatiknya sudah mulai langka jadi kita perlu melestarikannya," ungkap guru MAN Batang, Endon Nur Cahyati kepada pendis.kemenag.go.id, Rabu (13/10/2022).
Tak hanya mengenalkan batik tulis, dalam kesempatan itu, pihaknya juga mengajak para pengunjung yang didominasi oleh pelajar ini untuk membatik langsung di lokasi stan mereka.
Menurut Cahyati, para pelajar harus memiliki kegiatan positif dalam mengisi waktu luang, agar mencegah ke dalam pergaulan negatif, salah satunya dengan membatik.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditampilkan oleh siswanya Yusrina Adelia pada ajang ini yang berkaitan dengan perilaku cybersex atau aktiftas pencarian pornografi melalui internet yang dilakukan oleh para remaja.
Berdasarkan hasil penelitiannya, penyebab para remaja berpotensi terjerumus dalam dunia tersebut karena perilaku tidak produktif yang dimunculkan ketika seseorang merasa tidak memiliki cukup motivasi.
Nah, kehadiran batik tulis ini diharapkan dapat mendorong para pengunjung terutama para remaja untuk melakukan hal-hal yang produktif.
"Dengan tema Membatik untuk Melestarikan Budaya, mengurangi perilaku negatif dari cybersex sekaligus mengharapkan anak muda untuk tidak kehilangan jati dirinya," sambungnya.
Sementara itu, Guru MAN Batang, Imam Farid, menerangkan bahwa Kabupaten Batang sendiri mempunyai motif batik yang khas seperti motif rifaiyah, yang diyakini sarat akan makna.
"Jadi yang kita contohkan disini itu motif rifaiyah, ada burung kalau orang rifaiyah menyebutnya ada ati dan ampela, filosofi nya tinggi sekali. Jadi kita bawa kesini dengan harapan bisa memberikan pengalaman kepada pengunjung untuk merasakan bagaimana melestarikan budaya," jelasnya.
Bagikan: