Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Nyayu Khodijah.
Jakarta (Pendis)--- Kurikulum Berbasis Cinta hadir untuk merekonstruksi (menata kembali) sistem pendidikan agar mampu melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan.
Demikian disampaikan Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Nyayu Khodijah. Menurutnya pendidikan merupakan wadah utama dalam membentuk insan yang diharapkan tersebut.
Nyayu Khodijah mengungkapkan bahwa cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 harus benar-benar kita upayakan dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya para generasi muda, yaitu para siswa kita di Raudlatul Athfal (RA) dan Madrasah.
“Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang pembentukan karakter dan niliai-nilai moral’, imbuhnya.
Untuk itu, pembentukan karakter dan nilai moral yang kita harapkan akan dapat terwujud dengan mengimplementasikan kurikulum cinta pada Satuan Pendidikan Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) serta Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
Prof. Nyayu, sapaan akrabnya juga menambahkan bahwa fenomena dehumanisasi yang terjadi saat ini, tentu memiliki dampak destruktif bagi individu dan masyarakat. Hal-hal seperti ketakutan, kebencian, dan konflik akan semakin tampak ke permukaan.
Oleh karena itu, penting untuk mengatasi fenomena ini dengan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti empati, toleransi, dan kesetaraan yang kesemuanya berdasar pada landasan cinta. Untuk itu, Direktorat KSKK Madrasah sedang menyusun panduan Kurikulum Berbasis Cinta sebagai upaya dalam rangka mereduksi fenomena tersebut.
Kurikulum berbasis cinta ini bukanlah sebuah kurikulum baru, akan tetapi akan diintegrasikan pada berbagai mata pelajaran yang sudah ada. Kurikulum ini dapat diimplementasikan dalam pembelajaran dan di luar pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menginsersi kurikulum ini diantaranya:
pada tahap awal yaitu dengan apersepsi dilakukan dengan mengaitkan pelajaran, atas kesadaran pada kebutuhan untuk mencintai Tuhan, mencintai sesama manusia, mencinta alam/lingkungan, serta mencintai bangsa dan negara. Selanjutnya untuk tahap inti yaitu dengan menginsersi materi kurikulum berbasis cinta untuk semua materi yang berkaitan. Dan pada tahap penutup, dilakukan refleksi yang meliputi pemaknaan, evaluasi diri, dan tindak lanjut dalam kehidupan bersama yg saling menghargai dan menyayangi antar sesama manusia.
Dengan hadirnya kurikulum berbasis cinta ini diharapkan para peserta didik di Madrasah dapat menanamkan nilai-nilai moral dan humanis sejak dini agar terwujud insan Indonesia yang unggul. (Ulfa)
Tags:
madrasahBagikan: