Jakarta (Pendis) --- Seleksi Nasional Penerimaan Peserta Didik Baru (SNPDB) jalur tes untuk Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, MAN Program Keagamaan (MAN-PK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan Negeri (MAKN) yang berlangsung pada akhir pekan ini ada hal yang menarik. Dua peserta dirawat di rumah sakit namun tetap semangat dalam mengikuti seleksi. Keduanya adalah peserta yang terjadwal mengikuti sesi 4 yang berlangsung pada Ahad (3/3).
Sebagaimana arahan Direktur Kurikulum, Sarana Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Muchammad Sidik Sisdiyanto, pelaksanaan ujian CBT ini harus dilaksanakan secara obyektif, transparan, akuntable, kompetitif, tidak diskriminatif. Ujian CBT ini harus pula populis dan humanis. Hal ini dalam artian, penyelenggaraan CBT ini secara teknis dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Kasubdit Kesiswaan KSKK Madrasah, Imam Bukhori, dalam laporan monitoring pelaksanaan SNPDB hari ini memberikan penjelasan bahwa peserta atas nam Muhammad Azril Mubarok, peserta ujian tilok MAN IC Tanah Laut dirawat di rumah sakit karena sedang menderita demam berdarah dengue (DBD). Pada saat pelaksanaan, peserta didampingi oleh 2 orang dari tim pengawas. Kendati Azril mengikuti ujian di salah satu rumah sakit, namun hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk menjadi calon siswa di MAN IC Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Kejadian serupa terjadi di tilok MAN IC Serpong, dimana salah satu pesertanya sedang dirawat di rumah sakit karena menderita sakit yang sama dengan Azril. Namun, berbeda dengan Azril, peserta yang bernama Al Azhim Fadhilah Azmi, Rencanya tetap melaksanakan ujian CBT di titik lokasi. Hal ini karena tidak adanya pengawas yang bisa mengawasi di rumah sakit. Sampai berita ini diturunkan, pihak penyelenggara ujian belum memastikan kehadiran Azmi. Info terakhir dari pihak keluarga, trombosit Azmi masih rendah sehingga belum diizinkan dokter untuk dibawa ke lokasi pelaksanaan ujian.
Sementara itu, koordinator Tim Information and Technology (IT) subdit Kesiswaan, Dendi Nuraziz mengatakan jika aplikasi yang digunakan untuk CBT tahun ini didesain ramah pengguna (user friendly). Sehingga memudahkan peserta dalam mengoperasikan aplikasi. Kenyamanan dalam membaca dan memahami soal juga termasuk prioritas dalam developing CBT ini. Selain itu, para peserta dapat langsung berkomunikasi dengan pihak pengawas maupun helpdesk pusat melaui aplikasi ini.
Bentuk penilaian berdasar pada pembobotan soal. Khusus MAN PK dilakukan wawancara langsung dengan peserta untuk menggali kemampuan membaca Al Quran serta membaca kitab kuning.
Sementara itu, Tim Review soal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang digawangi Dekan FITK Prof. Dr. Siti Nurul Azkiyah menyampaikan bahwa soal ujian tahun ini lebih disesuaikan. Yang berarti butir-butir soal disusun dengan latar belakang yang sesuai dengan mata ujian yg dibutuhkan. Dimulai dengan penyusunan kisi kisi dan difungsikan sebagai admission and predictive test. Hal ini diharapkan bisa mendapatkan input yang sesuai dengan karakteristaik siswa untuk masing2 madrasah unggulan. Disamping itu, tes bakat ditambahkan dengan tes stabilitas emosi dan resilience (daya juang) peserta. Pengetahuan dan implementasi moderasi beragama pun tak ketinggalan menjadi salah satu penentu kelulusan peserta. (Ysr)
Bagikan: