Bekasi (Pendis) - Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas, menilai penting dilakukannya Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi para calon penerima Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren, agar pengelola bisnis di pesantren memiliki kemampuan manajerial yang baik dan terarah dalam menjalankan usahanya.
Menurutnya, meski tidak diragukan lagi santri sebagai pengelola usaha di pesantren memiliki kecerdasan dan keuletan dalam menghadapi situasi apapun yang menantang, termasuk membangun sebuah usaha, namun dalam hal pengelolaan bantuan harus diiringi dengan manajemen yang baik agar penggunaannya tepat sasaran dan mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.
"Santri itu hebat-hebat, tidak ada santri pondok pesantren yang enggak pinter, terus dalam istilah jawa itu 'pokil' (akal-akalan), bisa mencari jalan keluar atas situasi sesulit apapun, selalu ada celah yang ditemukan menjadi solusinya," ujar Menteri Agama saat memberi arahan pada giat Bimbingan Teknis Program Kemandirian Pesantren Kemenag Gelombang III, di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (18/5).
Tentang kepintaran dan 'pokilnya' santri, Menteri yang akrab disapa Gus Men ini menggambarkannya melalui sebuah cerita humor yang beredar dikalangan pesantren. Cerita yang mengindikasikan kepintaran seorang santri dengan logika yang benar namun tidak terarah.
"Ada satu cerita tentang santri kecil yang sedang mandi di sumur, karena hal biasa jika di pondok itu tidak ada kamar mandi. Mohon maaf, setelah mandi dan berwudhu si santri ini tiba-tiba pegang kemaluannya, kemudian temannya mengingatkan supaya santri itu berwudhu kembali jika mau melaksanakan shalat," cerita Gus Menteri.
"Kalau mau shalat harus wudhu lagi, habis pegang kemaluan batal itu (wudhunya)!".
"Walhasil si santri kecil tadi tidak kalah pintar. Dia bilang: orang shalat bawa kemaluan saja sah, apa lagi cuma megang!," seloroh Gus Menteri disusul riuh tawa peserta Bimtek Inkubasi Bisnis.
"Nah ini bener tapi tidak terarah. Oleh karena itu Bimtek ini fungsinya untuk mengarahkan, supaya tidak sekadar bener tapi juga sesuai dengan yang diharapkan," lanjut Gus Men.
Gus Menteri menegaskan, Bimtek yang dilakukan dalam program Inkubasi Bisnis bukan untuk merendahkan kemampuan para santri, tetapi untuk mengarahkan supaya pemahaman dan logika yang sudah benar dibangun dipesantren itu semakin terarah. Selain itu, hal yang mendasari pentingnya program inkubasi bisnis pesantren diberikan pendampingan adalah agar kemandirian ekonomi pesantren yang dicita-citakan dapat benar-benar terwujud.
"Karena yang sudah-sudah biasanya pesantren itu hanya diberikan pelatihan tidak diberikan bantuan, atau diberikan bantuan tidak diberikan pelatihan, atau diberikan bantuan dan pelatihan tetapi tidak dicarikan 'offtakernya', tidak dicarikan siapa yang harus membeli. Makanya, dulu pernah terjadi pesantren diberikan bantuan untuk ternak sapi, yang terjadi dibelikan untuk ternak avanza, ternak inova, ini terjadi," terang Gus Menteri.
Untuk diketahui, sebagaimana dituangkan dalam Peta Jalan Kemandirian Pesantren yang disusun Kementerian Agama, Program Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren tidak hanya menskemakan pemberian bantuan modal usaha yang sifatnya stimulan, melainkan pesantren penerima manfaat juga akan diberikan bimbingan, pelatihan, dan pendampingan dalam pengelolaan usaha. Selain itu, Program ini juga menskemakan terbangunnya sebuah ekosistem ekonomi pesantren sebagai jejaring bisnis pesantren dengan berbagai pihak, baik antar kalangan pesantren, dunia usaha, maupun instansi pemerintah.
Sementara itu Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur mengatakan, Bimtek sebagai bagian dalam tahap pelaksanaan program Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren merupakan salah satu sarana pembekalan sekaligus instrumen penilaian terhadap kelayakan calon penerima bantuan. Pada tahap selanjutnya calon penerima bantuan juga wajib mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pengelolaan bisnis. Setelah menuntaskan rangkaian Bimtek dan Diklat, peserta baru bisa dinyatakan lulus dan layak menerima bantuan.
"Kegiatan Bimtek ini merupakan gelombang ketiga dari enam gelombang yang akan kita laksanakan. sesuai dengan peta jalan kemandirian pesantren, akan ada 1.500 pesantren yang akan mendapat bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren tahun ini," terang Waryono.
Tercatat sebanyak 262 pesantren mengikuti Bimtek Bantuan Inkubasi Bisnis di Cikarang, Jawa Barat, yang berlangsung selama tiga hari, mulai 18 sampai 20 Mei 2023. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Kemandirian Pesantren yang saat ini menjadi salah satu program prioritas Kementerian Agama.
Dikatakan Waryono, gelombang ketiga Bimtek ini diikuti oleh pengelola usaha di pesantren dari empat provinsi. Yakni 39 pesantren dari empat kabupaten di Provinsi Banten, 6 pesantren dari Provinsi DKI Jakarta, 81 pesantren dari 8 Kabupaten/kota di Jawa Barat dan sebanyak 136 pesantren dari 23 Kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur. Sehingga total peserta bimtek sebanyak 262 pesantren. (Dr)
Bagikan: