Jakarta (Pendis) --- Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyelenggarakan workshop pengelolaan perpustakaan bagi lembaga pendidikan Al Quran.
Plt. Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghafur mengatakan perpustakaan adalah symbol dari ketekunan dalam menulis dan membaca. Jika lembaga pendidikan belum memiliki perpustakaan, ia menghimbau untuk menghidupkan kedua budaya tersebut baik tenaga pendidik maupun peserta didik.
“Kita ini lembaga pendidikan Al Quran, dalam Al Quran ini wahyu pertama adalah perintah iqra’ dalam surah al ‘alaq dan juga ada surah al Qalam yang artinya pena. Ironis rasanya jika kita malah tidak membaca. Dan untuk menulis pun tidak mudah karena butuh ketekunan dan harus punya modal bacaan yang banyak” jelas Waryono melalui Zoom Meeting.
Guru besar ilmu tafsir ini juga mengungkit tentang peran perpustakaan pada masa kejayaan Islam. Ia mengatakan, pada zaman khalifah Al Makmun ada perpustakaan yang bernama Baitul Hikmah dan itu adalah tempat yang memberikan transfer of knowledge (penyebaran ilmu) kala itu. Menurutnya, Baitul Hikmah ini mengubah wajah dan peradaban Islam pada masa itu.
“Belajar dari Baitul Hikmah, Subdit PQ bisa mencoba untuk berkolaborasi dengan lembaga lain jika memiliki kendala anggaran. Langkah yang dapat ditempuh misalnya jika LPQ bapak/ibu dekat dengan pesantren atau perguruan tinggi, dapat mengajukan kolaborasi” ujar Waryono.
Kolaborasi tersebut, Waryono menyebutkan, dapat ditempuh dengan 3 cara. Yakni membuat sinergi dengan pesantren/kampus tersebut, dengan mengundang ‘orang’nya untuk melakukan pengabdian pada LPQ dan bisa juga dengan mengajak dan bersinergi agar anak didik LPQ memiliki akses ke perpustakaan pesantren/kampus tersebut. Tentunya dengan pengawasan penuh dari kedua pihak. Sempat tercetus pula fasilitas perpustakaan digital untul LPQ yang nantinya akan dikaji lebih jauh oleh internal di Subdit Pendidikan Al Quran.
“Jika sinergi itu dapat dilakukan, saya jamin anak-anak kita yang belajar di LPQ akan memiliki wawasan yang lebih luas. Jadi ketika melakukan outing class harus ke perpustakaan juga, travelling nya ke perpustakaan” tandas pria yang juga sebagai Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Bimas Islam ini.
Sejalan dengan itu, Kasubdit Pendidikan Al Quran, Nurul Huda meminta dukungan masyarakat dan organisasi mitra. Ia menegaskan perlunya ada pemilahan dan penyederhanaan dalam koordinasi agar lebih fokus dan terarah.
“Meskipun LPQ adalah lembaga non formal, namun tetap memiliki kontribusi yang besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Nah, salah satu program yang belum pernah tersentuh adalah perpustakaan pada LPQ. Maka, kami harap masyarakat dan mitra ikut berpartisipasi dalam program ini” tandas mantan Kasubbag TU pada Ditjen Pendidikan Islam ini.
Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah mitra pendidikan Al Quran pusat dan juga para pengelola LPQ yang berasal dari 10 provinsi di Indonesia. Kegiatan selama 3 hari ini berlangsung pada 7 hingga 9 September 2023.
Bagikan: