Jakarta (Kemenag) – Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) guna mempersiapkan pelaksanaan Ujian Wathoni 2025.
Acara tersebut dihadiri pejabat dari berbagai provinsi, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Basnang, serta Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly, Mahrus El Mawa.
Dalam sambutannya, Basnang menegaskan pentingnya reformasi struktural dalam sistem pendidikan pesantren. Ia menyebut bahwa pengorganisasian yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren.
“Kita akan mendiskusikan struktur yang telah berubah dan bagaimana meningkatkan konsentrasi penanganan satuan pendidikan pesantren,” ujar Basnang.
Basnang juga menyoroti posisi Ma'had Aly sebagai institusi pendidikan yang kini memiliki kedudukan independen dalam sistem pendidikan nasional.
“Ma’had Aly harus dipandang setara dengan institusi lainnya, seperti PTKIN dan PTUN, baik dalam relevansi akademis maupun kesempatan kerja bagi lulusannya. Hal ini bertujuan agar pendidikan pesantren semakin dipercaya masyarakat,” jelasnya.
Dalam upaya menghadirkan pendidikan multidisipliner, Basnang menilai pentingnya diversifikasi jurusan di Ma’had Aly. Ia mengkhawatirkan keterbatasan satu jurusan dapat menghambat pemenuhan kebutuhan pengetahuan santri yang semakin beragam.
“Santri perlu mendapatkan perhatian lebih dalam menentukan jurusan pendidikan mereka. Pengembangan program studi yang bervariasi harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Pada sesi yang sama, Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly, Mahrus El Mawa, membahas persiapan teknis Ujian Wathoni.
“Tahun ini, kami menargetkan 11.000 peserta ujian. Namun, masih ada tantangan dalam mencatat data peserta secara lengkap,” ungkap Mahrus.
Mahrus juga menyampaikan rencana penerapan sistem Computer-Based Test (CBT) untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi pelaksanaan ujian.
“Penggunaan sistem CBT akan memastikan proses ujian berjalan lebih baik dan nyaman bagi peserta,” tambahnya.
Selain itu, ia menargetkan peningkatan rata-rata nilai nasional Ujian Wathoni menjadi minimal 6, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, untuk mendorong semangat belajar santri.
Rapat ini ditutup dengan komitmen untuk melanjutkan koordinasi dan kolaborasi antara seluruh pihak terkait guna memastikan pelaksanaan ujian berjalan dengan optimal.
“Kami berharap langkah-langkah yang diambil dalam rapat ini dapat membawa perubahan positif dalam kualitas pendidikan pesantren di Indonesia,” pungkas Basnang.
Bagikan: