Semarang (Pendis) - Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI menggelar giat Pembinaan Moderasi Beragama dan Wawasan Kebangsaan bagi para mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) dari 25 Perguruan Tinggi Dalam Negeri. Acara digelar selama tiga hari di Semarang, 6-8 Desember 2022.
Pembinaan Moderasi Beragama dan Wawasan Kebangsaan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memperkokoh kesadaran berbangsa dan bernegara bagi kalangan mahasantri (Mahasiswa santri).
Lebih dari itu, Kepala Subdirektorat Pendidikan Pesantren Basnang Said mengatakan mahasantri PBSB yang secara otomatis tergabung dalam organisasi CssMora diharapkan menjadi aktor-aktor yang membawa semangat moderasi dan nilai-nilai kebangsaan yang diwariskan para pendahulu kepada rekan-rekannya dikampus masing-masing.
"Kami mengajak kepada peserta giat Pembinaan untuk tidak melupakan jasa para pahlawan yang telah gugur dimedan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Republik Indonesia tercinta. Semangat persatuan dan saling menguatkan yang telah dibangun oleh para pendahulu harus terus dipupuk dan dipelihara dari generasi ke generasi," ujar Basnang Said dalam keterangannya, Selasa (6/12).
Dikatakan Basnang Said tantangan yang kita hadapi saat ini adalah dunia yang sangat terbuka dengan derasnya informasi yang begitu sulit dibendung, salah satu yang niscaya dilakukan adalah membangun kecerdasan generasi kita dalam menerima setiap informasi yang datang.
"Akan sangat riskan jika generasi kita tidak dibekali dengan pemahaman inklusif. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi kita semua untuk membimbing para penerus bangsa demi memperkuat semangat persatuan dan kebersamaan yang telah menjadi salah satu pondasi kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," terangnya.
Dalam hal pemahaman keagamaan, lanjut Basnang Said, sikap wasathiah merupakan nilai yang telah diajarkan oleh agama.
"Rasulullah telah mengajarkan sikap tawasuth, yakni sikap moderat, tidak ekstrim kanan maupun kiri. Islam juga mengajarkan sikap tasamuh yakni toleransi dalam menyikapi setiap perbedaan. Dan bukan hanya Islam, setiap agama tidak ada yang mengajarkan umatnya sikap ekstrimisme dan radikalisme," ujar Basnang Said.
Hal senada disampaikan Kabid PD Pontren Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Nor Abadi. Dirinya melihat mahasantri sebagai individu yang dilahirkan dari pesantren memiliki nilai lebih karena pernah dididik dengan karakter kedisiplinan, kemampuan untuk survive, dan yang lebih penting santri sudah terlatih mengenal perbedaan.
"Santri sudah terbiasa melatih kebersamaan dalam kehidupan sehari-harinya di pondok pesantren. Begitu pun dalam hal perbedaan pemikiran, santri sudah belajar banyak tentang adanya perbedaan pemikiran dan madzhab dalam agama, dan tahu bagaimana menyikapinya," terangnya.
Nor Abadi berharap para santri yang sedang menempuh studi di perguruan tinggi akan tetap membawa karakter kesantrian yang telah dipelajari di pesantren dan menularkannya kepada yang lain.
"Sampai kapanpun, dimanapun, jiwa dan karakter kesantrian harus tetap dibawa. Apa indikator dari karakter kesantrian itu? yakni komitmen kebangsaan dan toleransi," terang Nor Abadi.
Sementara itu Subkoordinator sarpras dan kelembagaan Subdit PdPontren Nanang Yunus Kaharuddin menerangkan giat Pembinaan Moderasi Beragama dan Wawasan Keagamaan merupakan program rutin yang digelar Direktorat PD Pontren.
"Kali ini giat Moderasi Beragama diikuti oleh sekitar 70 mahasiswa dari 25 Perguruan Tinggi," terang Nanang Yunus.
Kemenag mendorong program Moderasi Beragama tidak lain untuk membangun kesadaran akan keragaman yang dimiliki bangsa.
"Negara Indonesia memiliki tingkat keragaman luar biasa, ada 1340 suku, 715 bahasa, multi agama dan kepercayaan. Keragaman bangsa ini akan menjadi kelebihan tersendiri jika dibalut dalam bingkai semangat persatuan yang saling melengkapi dan menguatkan," terang Nanang.
Bagikan: