Dirjen Pendidikan Islam, Amien Suyitno pada Rapar Koordinasi Persiapan MKQN-TA 2025 di Makassar (30/4/2025)
Makassar (Pendis) --- "Digitalisasi bukan hal baru bagi kita. Kita sudah lama menerapkannya, termasuk di lingkungan pendidikan pesantren," tegas Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno, dalam kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional dan Asia Tenggara (MQKN-AT) 2025 yang berlangsung di Swiss-Bel Hotel Makassar, 29 April – 1 Mei 2025.
Suyitno menekankan bahwa pelaksanaan MQKN ke-8 ini bukan hanya sekadar perhelatan keilmuan pesantren, melainkan juga momentum strategis untuk melompat lebih jauh dalam transformasi digital dan pemberdayaan kelembagaan pesantren.
Tahun ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seleksi MQKN akan diselenggarakan berbasis digital secara penuh. Bahkan, ajang ini juga menandai edisi perdana Musabaqah Qiraatil Kutub tingkat Asia Tenggara, yang akan digelar di Pondok Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Bagi Suyitno, digitalisasi dalam MQKN tak cukup hanya sebatas sistem administrasi, tetapi harus menjangkau seluruh ekosistem pelaksanaan. Ia menekankan pentingnya tampilan aplikasi yang modern, fungsional, dan menyentuh aspek pengalaman pengguna. Digitalisasi ini tentu diharapkan agar mempermudah siapapun dalam mendaftar dan berpartisipasi.
“Tampilan dashboard harus kekinian—mulai dari registrasi, informasi event, transportasi, hingga aspek pendukung seperti wisata lokal. Semuanya harus masuk dalam satu sistem digital yang terintegrasi,” jelasnya. Ia juga menyebut bahwa seluruh pihak, termasuk dewan hakim, harus dibekali kecakapan digital melalui video tutorial dan panduan teknis yang memadai.
Lebih jauh, Suyitno menegaskan bahwa digitalisasi ini harus sejalan dengan agenda besar lainnya, yaitu pemberdayaan pesantren. “Kita bicara dua hal besar di sini: digitalisasi dan pemberdayaan pesantren. Keduanya harus berjalan beriringan,” pungkasnya.
Komitmen untuk memperluas partisipasi juga disampaikan Direktur Pesantren Kemenag RI, Basnang Said. Ia menegaskan pentingnya pelibatan kawasan timur Indonesia dalam MQKN tahun ini. “Dengan rencana pelaksanaan MQKN-AT 2025 di Kabupaten Wajo, kita ingin menegaskan bahwa literasi kitab kuning adalah warisan umat Islam di seluruh Nusantara, bukan hanya di Jawa,” ujarnya.
MQKN dan MQK Asia Tenggara 2025 akan digelar di Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang, Kabupaten Wajo—sebuah lembaga pendidikan Islam klasik yang telah berdiri sejak 1930 dan dikenal luas sebagai pusat pengkajian kitab kuning.
Rapat koordinasi ini menghadirkan berbagai pihak, mulai dari beberapa kepala dinas provinsi Sulsel hingga kabupaten Wajo, tim IT, sejumlah organisasi masyarakat wilayah Sulsel serta sejumlah perwakilan dari pondok pesantren tuan rumah. Rapat ini menjadi tonggak penting untuk memastikan bahwa MQKN 2025 tidak hanya berjalan sukses secara teknis, tetapi juga memberi dampak luas dalam membangun ekosistem keilmuan Islam yang inklusif, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Tags:
MQK MQKN-TABagikan: