Seoul, Korsel (Pendis) - Aktivitas tim short course Kementerian Agama RI pada hari ketiga (Rabu, 12 Desember 2018) adalah melaksanakan studi visit ke salah satu sekolah dasar tertua di Korea Selatan. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat secara lansung implementasi dari pendidikan karakter yang dikembangkan di negeri ginseng ini. Hal ini dilakukan, berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang dipaparkan oleh Prof. Soo Young Lee (salah satu guru besar) di Seoul National University of Education (SNUE). Beliau menyatakan bahwa betapa pentingnya pendidikan karakter dalam menghadapi abad 21, maka dari itu pemerintah Korea Selatan sangat konsen terhadap pendidikan karakter.
Sekolah yang menjadi tujuan tim Short Course adalah Seoul Bang-il Elemantary School, sebuah Sekolah Dasar Negeri di Korea Selatan. Sekolah ini merupakan sekolah dasar tertua di Korea Selatan yang didirikan sejak 40 tahun yang lalu. Jumlah siswanya saat ini adalah 881 dengan tanaga pengajar terdiri dari 72 orang guru. Sekolah yang berdiri megah di tengah kota Seoul ini memiliki salah satu program unggulannya adalah pengembangan pendidikan karakter kepada peserta didiknya.
Kedatangan tim short course di sekolah ini mendapat sambutan yang baik dari Ibu Moon Young Ae; kepala sekolah yang dalam budaya Korea merupakan posisi yang sangat dihormati. Bersama guru dan stafnya, beliau menyambut kedatangan rombongan dengan hormat seraya mengucakan kata annyeonghaseyo (ucapan salam dalam bahasa Korea). Rombongan kemudian dibawa ke sebuah ruangan yang telah disiapkannya sebagai tempat pertemuan. Sebelum kepala sekolah memaparkan program pendidikan karakter di sekolahnya, rombongan disuguhi dengan minuman teh hangat yang dilengkapi dengan cemilan khas Korea untuk menghangatkan suasana. Teh hangat ini menjadi suguhan yang luar biasa bagi rombongan pada suasana dingin yang mencapai minus 8 C. Setelah rombongan mencicipi teh, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dan penyampaian tujuan kedatangan tim short course ke Korea Selatan, khususnya Seoul Bang-il Elementary School. Setelah waktu dirasakan cukup untuk berbincang-bincang, maka kepala sekolah mulai mempresentasikan program pendidikan karakter di sekolah yang dipimpinnya.
Dalam paparannya kepala sekolah berusia 58 tahun, namun masih nampak sehat dan segar ini menyebutkan bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah agar anak-anak bisa bekerjasama, saling berbagi dalam kebahagian, peduli dengan orang lain serta dapat hidup dengan cerah dimasa depannya. Program pendidikan karakter ini diawali dengan perencanaan yang dibuat oleh setiap guru yang akan dilaksanakan dan dikembangkan bersama-sama di sekolah. Lebih lanjut kepala sekolah menjelaskan bahwa, salah satu kunci keberhasilan dalam pengembangan pendidikan karakter adalah menjalin kerjasama dengan orang tua siswa dalam pelaksanaan dan pengawasannya.
Lebih lanjut, Moon Young Ae menuturkan bahwa kurikulum di Bang-Il Elementary School disusun oleh orangtua dan anak, kemudian diajukan kepada sekolah. Fungsi pemerintah dalam kurikulum hanya menentukan garis-garis acuan umum saja. Kurikulum Seoul Bang-Il Elementary School terdiri dari tiga garapan utama, yaitu Personality, Systematic Reading dan Improve of School Environtment. Dalam mendidik personality, Bang-Il melakukan beberapa program, diantaranya menyusun buku kerja, Expression of Love Stickers, Camp, dan Parenting Class.
Dalam observasinya, tim menemukan kelas yang sudah kosong tapi guru masih sibuk bekerja di kelas tersebut. Ketika dikonfirmasi kepada kepala sekolah, beliau menjawab, "Ya begitulah Korea Selatan, anak-anak pulang lebih awal, sementara guru-gurunya menyelesaikan tugas-tugas harian dan merencanakan pembelajaran besok sampai jam kerja selesai, bahkan bisa melanjutkan secara sukarela selama satu jam," ujar Moon Young Ae.
Selain fenomena guru yang kontras dengan kondisi di negara kita, tim juga tidak menemukan satupun sampah pada lokasi sekolah yang memiliki sebanyak 33 rombongan belajar (rombel) ini. Saat dikonfirmasi oleh salah seorang tim, kepala sekolah menyatakan bahwa petugas kebersihan dan keamanan sekolah sebesar itu hanya ada 2 orang. Urusan kebersihan kelas, itu menjadi kewajiban anak-anak dan guru kelasnya, paparnya.
Selain mengembangkan pendidikan karakter, sekolah ini juga mengembangkan literasi siswa. Dalam hal ini, kepala sekolah menuturkan bahwa di setiap pagi akan diperdengarkan musik instrumentalia. Pada saat musik berjalan, maka setiap siswa dan guru akan membaca buku sesuai dengan minat masing-masing.
Selain itu, Bang-Il Elementary School juga memiliki kelas tambahan (semacam ekstrakurikuler) dan untuk pembiasaan bahasa Inggris, mereka membuat satu kelas yang disebut English Zone. Bang-Il juga memiliki kelas inklusi yang berisi anak-anak berkebutuhan khusus, disamping layanan penitipan anak yang orang tuanya belum pulang dari tempat kerja. (unang rahmat/dod)
Bagikan: