Medan (Pendis) -- Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) harus memiliki kepercayaan diri yang memadai (appropriate confidence) dan persona melekat (personal branding) yang senantiasa dibangun setiap hari agar menjadi orang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata (be above the average people). Dengan mengelola seluruh potensi diri, maka GPAI akan menjadi luar biasa dan mampu menghasilkan berbagai portofolio prestasi yang berdampak positif terhadap peninggalan berharga (legacy) bagi lingkungan di sekitarnya.
Kegiatan Pengembangan Program Guru Master PAI SMA/SMK Tahun 2023 di Medan menghadirkan pemateri multitalenta fenomenal yakni M. Riza Perdana Kusuma seorang professional practitioner speaker skala internasional yang telah malang melintang menduduki posisi penting BUMN di berbagai negara. Dia telah menggiatkan diri dalam profesi presiden direktur, penulis, seniman, pembicara profesional, penasehat, psikolog, aktivis sosial, dan guru kehidupan.
Menurut Riza, personal branding dimulai dari dalam diri sendiri, bukan dari luar. Pihak luar hanya mengaktivasi alarm personal branding agar menyala dan memancar kepada alam semesta, "personal branding pada intinya adalah sesuatu yang dibicarakan oleh orang lain ketika kita berada di dalam ruangan tersebut." Riza juga memberikan test sebuah momen untuk mendefinisikan personal branding, dimana para guru pendidikan agama Islam diwajibkan menjawab citra diri kita dalam waktu tiga detik, "apabila dalam 3 detik kita tidak dapat mendefinisikan 3 kata tentang diri kita maka kita gagal menjadikan personal branding bagi diri kita."
Menurutnya di awal para guru akan mencoba membentuk personal branding maka akan terjadi konflik karena adanya perbedaan pandangan diri pribadi dengan persepsi orang terhadap kita. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan cara conflicts politic management yakni dengan mengemas citra diri sesuai tujuan hidup kita guna mengatasi berbagai konflik yang menghambat pengembangan diri.
Adapun para guru pendidikan agama Islam wajib memiliki kemampuan mengelola seluruh potensi diri yang dipunyai dan menonjolkan minimal tiga bentuk personal branding yang akan bermanfaat dalam upaya mengembangkan kompetensi dan berdampak positif bagi orang-orang di sekitarnya. "Meskipun dalam Islam dijelaskan bahwa manusia dinilai semata-mata karena ketakwaannya bukan yang lainnya, namun jangan mau jadi orang biasa-biasa saja, guru harus jadi luar biasa. Betapa banyak muslim yang maunya jadi orang biasa, bertolak belakang dengan non muslim yang menokohkan diri dan membuktikan dirinya," tegas Riza.
Riza memberikan afirmasi keyakinan no body to some body agar guru mampu bergerak maju dan tidak merasa rendah diri untuk memperkuat citra diri, "dunia adalah panggung luas. Paksakan diri menjadi orang luar biasa, tidak ada kata terlambat untuk membangun personal branding, karena kita seringkali merasa cukup dengan yang ada, tanpa mengembangkan diri lebih lanjut lagi."
Selain itu, dia juga memberikan nasehat agar guru PAI lebih banyak memikirkan masa depan bukan masa lalu. Jangan pernah merasa letih ketika diuji namun justru semaki kuat. Semakin bertambah usia seorang guru maka akan semakin bertambah pula tantangan yang harus dijawab tentang portofolio yang berhasil diciptakan guru-guru pendidikan agama Islam.
Kasubdit PAI pada SMA/SMALB/SMK M. Adib Abdushomad mengamini masukan Riza Perdana Kusuma tentang pentingnya peningkatan kepercayaan diri seorang guru, "masa depan anda tidak ditentukan dari masa lalu anda. Kita harus menjadi orang diatas rata-rata, dengan berusaha sekuat tenaga diatas rata-rata normal pula." Dengan menghadirkan materi ini Adib berupaya menggali potensi diri dengan memiliki appropriate confidence itu sangat penting, terutama bagi guru PAI yang hemat saya adalah maha guru bagi mapel yang lain. "Disinilah diperlukan personal branding guru PAI bukan pencitraan, yang nantinya akan berdampak pada institutional branding. Yang menarik tadi ketika disebut apa yang menjadi distingsi trade mark sebagai pribadi guru, rata-rata pada bingung menyebutnya apa kelebihan yang dimiliki mereka. Disinilah pentingnya materi personal branding ini, be above the average people yakni menjadi guru diatas rata-rata, hidup cuma sekali ayo buat legacy terbaik."
Hidup adalah belajar, telan semua tantangan, apapun bentuknya tantangan tersebut. Tidak ada kata tua dan muda, yang ada adalah hidup dan mati. Sepanjang hidup maka harus terus berjuang. Kuncinya, menurut Riza dan Adib, adalah pembelajaran diri. Argumen tersebut diperkuat dengan adanya riset yang menjelaskan tentang tiga usia rentan dalam psikologi manusia yakni usia 25 tahun berupa quarter-life-crisis. Usia kedua adalah 35 tahun yakni mid-life-crisis, terakhir yakni pada usia 56 tahun, yakni end-life-crisis. Selain itu, dalam Islam, Allah melahirkan manusia di dunia tidak dengan kesia-siaan. "At the age of 5 we think that 90% think is unique. At 7 years old that is 20%, and finally as adults, our ability come up with an original has dropped to 2%," tegasnya. (Piki/Syam)
Bagikan: