Jakarta (Pendis) - Direktur Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Imam Safe`i, didampingi oleh pejabat di lingkungan Subdit Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Perguruan Tinggi Umum (PTU) mengadakan rapat pertemuan dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Pihak Kemenristek-Dikti diwakili oleh Direktur Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Didin Wahidin. Menurut Imam Safei, "sehubungan dengan adanya struktur baru pada Direktorat PAI, yakni Subdit PAI pada PTU, maka perlu ada sinergi program dengan Kemenristek-Dikti".
Direktur Kemahasiswaan Kemenristek-Dikti menuturkan bahwa persoalan radikalisme di lingkungan pendidikan tinggi umum, menurut sejumlah penelitian, benar-benar menjadi tantangan tersendiri. Radikalisme ini tidak bisa dibiarkan. Sebab, radikalisme ini sama sekali tidak produktif bagi pengembangan keislaman dan identitas keindonesiaan. Oleh karenanya, mantan Rektor Uninus Bandung itu mengharapkan adanya sinergi dengan Kementerian Agama terkait program deradikalisasi ini.
Menurut Didin Wahidin, Kemenristek-Dikti mengembangkan mata kuliah General Education yang diarahkan untuk membangun kesadaran berbangsa dan bernegara, melatih pemikiran yang kritis, dan berfaham keagamaan yang toleran. Untuk itu, kurikulum ini didasarkan atas basis keilmuan, keindonesiaan, pengembangan karakter, dan internasionalisasi.
Dalam kesempatan ini, hadir pula Direktur Bela Negara Ditjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, M. Faishal, didampingi oleh Kasubdit Lingkungan Pendidikan, Eddy Endrayana. Pembicaraan semakin produktif karena ketiga direktorat dari tiga kementerian ini memiliki persoalan yang sama, yakni peneguhan komitmen kebangsaan dan keislaman.
M. Faishal menyampaikan bahwa kesadaran bela negara di kalangan mahasiswa perlu dilakukan, termasuk bagi mahasiswa baru melalui program pengenalan kampus. Untuk itu, menurut Direktur Bela Negara ini, Kementerian Pertahanan siap bekerjasama dan mendorong untuk menumbuhkembangkan sikap patriotik dan bela negara untuk seluruh mahasiswa, baik pada perguruan tinggi umum dan perguruan tinggi keagamaan Islam.
Menyambut itu, Imam Safe`i menyampaikan bahwa Direktorat PAI akan menyelenggarakan program Bina Kawasan berupa pengiriman guru Agama Islam di sekolah utamanya di daerah-daerah perbatasan dan tertinggal. Guru agama Islam ini di samping untuk mengajarkan pendidikan agama Islam di sekolah, juga mendampingi masyarakat dalam menyebarluaskan pemahaman keislaman moderat dan siap membela negara. Untuk itu, guru agama Islam ini berasal dari lulusan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang berlatar belakang aktivis Resimen Mahasiswa dan memiliki pemahaman keagamaan Islam yang baik, utamanya pernah nyanti di pondok pesantren.
Menjelang di akhir pertemuan, terdapat kesamaan dalam mensinergikan program dari 3 kementerian ini, di antaranya adalah penguatan Ma`had Al-Jamiah pada Perguruan Tinggi Umum. Asrama mahasiswa pada PTUN (Perguruan Tinggi Umum Negeri) dimaksimalkan untuk digunakan sebagai Ma`had Al-Jami`ah. Di Ma`had Al-Jami`ah ini akan dikembangkan sejumlah kajian keagamaan, utamanya berbasis kitab, sehingga mahasiswa memiliki kualitas keagamaan yang baik dan penguatan bela negara sehingga memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi. Kemenristek bertanggung jawab pada aspek fasilitasi asrama, Kemenag mendesain program layanan Ma`had Al-Jami`ah dengan kajian keagamaannya, serta Kemenhan melakukan program bela negara. (swd/dod)
Bagikan: