Tangerang (Pendis) - Direktur Pendidikan Agama Islam, Imam Safei, memberikan apresiasi kepada sejumlah guru Pendidikan Agama Islam yang siap mengamalkan ilmu pengahuannya dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat luas, lebih-lebih masyarakat di daerah tertinggal. Hal itu diungkapkan oleh Imam Safei pada kegiatan "Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum untuk Guru PAI" yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam di Days Hotel, 10-12 Desember 2017.
Menurut Imam Safei, setidaknya ada 4 (empat) tipologi manusia, yakni orang yang sukanya hanya mikir, orang yang menulis apa yang difikirkan, orang yang mengerjakan apa yang ditulisnya, dan orang yang menulis apa yang dikerjakannya. Keempat tipologi manusia itu saling melengkapi. Antara kegiatan berfikir, menulis, dan mengerjakan merupakan rangkaian yang perlu dilakukan oleh setiap orang sehingga menjadi orang yang produktif.
Pada bagian lain, Direktur Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa orang hebat itu dapat disebabkan setidaknya oleh 2 (dua) hal, yakni pinter "ngomong" dan pinter menulis. "Orang menjadi pinter "ngomong" itu disebabkan karena yang bersangkutan suka baca tulisan. Yang tidak biasa baca tulisan seringkali omongannya tidak menarik," papar Imam Safei.
Di lingkungan direktorat yang dipimpinnya, ada banyak program yang jika diumpamakan itu bagaikan program obat nyamuk yang dibakar. Yang dibakar adalah bagian pinggirannya yang lama kelamaan akhirnya ia berada di bagian titik tengahnya. "Nah, program pembelajaran di daerah tertinggal itu bagaikan program obat nyamuk itu. Mereka diminta untuk membenahi orang-orang yang berada di wilayah pinggiran yang pada akhirnya nanti mereka menjadi orang penting yang menjadi titik sentralnya," papar pengasuh pondok pesantren Pandanawa Parung.
Di bagian akhir, Imam Safei menyampaikan hasil renungannya tentang hadits Nabi yang menyatakan ada 3 (tiga) amal yang akan sampai kepada yang melakukannya, meski yang bersangkutan telah meninggal dunia, yakni anak yang saleh, ilmu yang manfaat, dan shadaqah jariyah. Jika usia Nabi Muhammad SAW itu 63 tahun, maka dibagi 3 (tiga) menjadi usia 21 tahun pertama, 21 tahun kedua, dan 21 tahun ketiga. "Di usia 21 tahun pertama, digunakan untuk mendidik dan mengasuh anak agar menjadi anak yang saleh. Usia 21 tahun kedua merupakan masa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat luas, sehingga tertanam ilmu pengetahuan yang manfaat. Di usia 21 tahun ketiga, akan terjadi kematangan ekonomi dan kontribusi secara finansial yang semakin mantap. Ini merupakan salah satu hikmah yang mungkin bisa kita diambil bersama," papar Imam Safei. (Swd/dod)
Bagikan: