Bogor (Pendis) - Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI), Rohmat Mulyana Sapdi dalam sambutannya di depan peserta kegiatan Konsinyering Penyusunan Kisi-Kisi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) PAI Angkatan III di Bogor, 14 November 2018 menyatakan bahwa pendidikan agama menyentuh 2 aspek yakni sisi eksoterik dan esoteris karena belajar agama menyangkut hal yang nyata secara kasat mata dan hal gaib yang hanya diukur secara batin. Mengukur kemampuan kognitif di bidang agama sangat mudah akan tetapi mengukur kadar keimanan peserta didik cukup sulit, ujarnya.
Meski USBN PAI baru mengukur sisi eksoterik dari pendidikan agama melalui penanaman nilai-nilai agama namun ia menghimbau para penyusun kisi-kisi soal USBN PAI yang diundang untuk bekerja keras melakukan yang terbaik. "Ciri instrumen tes yang baik ada 2 yaitu memenuhi kriteria validity dan reliability. Validity artinya hasilnya bisa diukur dan reliablity artinya dapat dipercaya karena konsisten," ujar Rohmat.
"Guru agama memegang peranan penting dalam pendidikan agama. Dalam pembelajaran agama yang melibatkan aspek rasa, peran guru tidak bisa digantikan oleh kecanggihan teknologi. Kecanggihan teknologi hanyalah media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengetahuan agama atau kesadaran beragama. Karena itu jadilah guru PAI super," imbuhnya.
Kasubdit PAI pada SD/SDLB, Ilham dalam laporannya di depan peserta konsinyering yang merupakan GPAI jenjang SMA/SMK menekankan bahwa output dari kegiatan ini adalah tersusunnya blue print (kisi-kisi umum), anchor item dan 75% kisi-kisi USBN yang akan diperiksa oleh Badan Standar Nasional (BSNP). Jika sudah lulus uji maka hasilnya akan segera dikirim ke daerah.
Acara Konsinyering Penyusunan Kisi-Kisi USBN PAI Angkatan III yang diselenggarakan tanggal 13 s/d 15 November 2018 diikuti 25 peserta GPAI ini hasil kerjasama antara Direktorat PAI, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI dan pihak ketiga sebagai event organizer yakni CV Rizky Mandiri. (wikan/dod)(Foto: yoni haris)
Bagikan: