Serpong (Pendis) - Program Bantuan Insentif Pembinaan Agama dan Keagamaan Islam di Wilayah Perbatasan (Bina Kawasan) telah memasuki tahun pertama. Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama RI, Rohmat Mulayana Sapdi, menarik kembali guru PAI yang telah bertugas selama 12 bulan di 19 Provinsi wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) seluruh Indonesia.
Rohmat sangat mengapresiasi dedikasi guru bina kawasan yang telah menyelesaikan tugasnya di wilayah 3T selama satu tahun. "Saya sangat bangga sekali kepada adik-adik sekalian, karena jarang orang yang mau mengajar di daerah pelosok khususnya guru agama," ujarnya saat menyambut 45 guru bina kawasan pada kegiatan Penyelenggaraan Bina Kawasan PAI daerah Perbatasan di Horison Grand Serpong Hotel Tangerang, Rabu (12/12).
Menurut Rohmat, bina kawasan adalah program inovatif yang sangat bermanfaat dan dapat membantu kekurangan guru di daerah. Ia memberikan prioritas kepada peserta bina kawasan angkatan pertama untuk melanjutkan kembali program tersebut.
Lebih lanjut Rohmat menegaskan bahwa guru bina kawasan maksimal bertugas di daerah 3T selama 2 tahun, mengingat pelaksanaan rekrutmen guru bina kawasan yang baru untuk pemerataan secara menyeluruh. "Maksimal 2 tahun untuk program bina kawasan, tidak sampai 3 tahun. Kalau lebih dari itu tidak kita honorkan. Bisa selang 1 tahun jika ada yang mau melanjutkan studinya. Kita akan merekrut yang lain untuk pemerataan," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat PAI, Nasri menjelaskan bahwa program bina kawasan tidak hanya mengisi kekosongan guru agama di daerah, tetapi juga mereka mendiseminasikan paham Islam rahmatan lil `alamin serta mengembangkan kompetensinya. "Peserta disini memiliki latar belakang pesantren sehingga mereka disana tidak hanya mengisi kekosongan guru didaerah tetapi juga menyebarkan paham Islam rahmatan lil `alamin. Selain itu juga mereka menyalurkan kompetensinya masing-masing seperti, pencak silat, taekwondo, pramuka dan lainnya," jelasnya.
Pada kesempatan lain, Ujang Jamaluddin, guru bina kawasan yang bertugas di Seluma, Bengkulu menceritakan pengalamannya saat bertugas bahwa disana masih banyak animisme dan minimnya pengetahuan keagamaan, sehingga ia bertugas untuk mendakwahkan ajaran Islam yang rahmatan lil `alamin.
"Di sana masih banyak dukun, bahkan kemusyrikan pun ada. Saat saya mengajar anak 13 tahun, ia tidak pernah diajarkan membasuh setelah pipis, sehingga saya jelaskan apa yang harus dilakukannya dalam ajaran Islam," jelas alumni pondok pesantren Nurul Iman Parung, Bogor, Jawa Barat. (miftah/dod)
Bagikan: