Tangerang (Pendis) - Kementerian Agama melalui Sub Direktorat (Subdit) PAI pada SMP/SMPLB Direktorat Pendidikan Agama Islam melaksanakan pembinaan keterampilan keagamaan siswa SMP guna memperkuat wawasan Islam rahmatan lil `alamin. Sebanyak 85 siswa rohis pada jenjang SMP yang terdiri dari 12 sekolah di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari (27 s/d 29 November) di Days Hotel Tangerang.
Unang Rahmat selaku Kasubdit SMP/SMPLB Dit. PAI dalam sambutannya mengingatkan pentingnya pembinaan karakter siswa rohis untuk mencegah dekadensi moral yang terjadi saat ini dengan mencontoh akhlak Rasul sebagai suri tauladan bagi seluruh umat.
"Perilaku bullying yang dikenal saat ini mungkin sudah pernah terjadi saat masa Rasul kecil dahulu. Hingga rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak yang menjadi Rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil `alamin). Siswa rohis harus memiliki akhlak baik sebagaimana yang diajarkan oleh Rasul dalam kehidupan sehari-hari seperti mengucapkan salam ketika bertemu atau berjalan melewati seseorang yang sedang duduk, berperilaku santun dan menghormati seseorang yang usia nya lebih tua," papar Unang.
Disamping itu, Unang juga menyampaikan bahwa usia remaja rentan terhadap tindakan kriminal. "Tawuran gaya gladiator (duel bebas) yang sempat viral beberapa waktu lalu hingga memakan korban jiwa menjadi PR penting bagi dunia pendidikan. Kalau tidak ada rasa maaf didalam diri siswa, diam-diam mereka akan melakukan balas dendam dan terus berulang. Siswa Rohis seharusnya memiliki sifat pemaaf dan menjadi teladan di lingkungan kelas, sekolah hingga masyarakat," ujar Unang.
Peran guru agama dalam membina siswa rohis juga perlu dioptimalkan, tidak hanya sekedar teori beribadah dan berakhlak namun juga harus konsisten dalam pengamalannya.
"Terapkan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun). Dari hal-hal sederhana itu yang menjadikan lingkungan menjadi tentram, nyaman karena saling menghargai. Guru juga harus memberikan contoh. Bapak ibu guru ketika mengajar harus dengan nuansa menyenangkan, guru selalu menyapa, memberikan kesempatan siswa bertanya, menghargai pendapat, memberikan reward sehingga siswa menemukan figur yang baik dari guru agama nya," sambung unang.
Sebagai penutup, Unang berharap agar rohis kedepan bisa berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dan tidak terjebak pada pemahaman eksklusif yang hanya peduli terhadap sesama komunitas dan mengenyampingkan kebutuhan orang lain.
"Harapan kedepan agar siswa rohis harus bisa menjadi pengaruh kepada teman, uswatun hasanah, bisa menjadi the best model bagi teman-teman sekelas, lingkungan dan keluarga. Kita tunjukkan bahwa kita bukan anak yang eksklusif. Kita jangan gabung dengan sesama rohis saja namun harus melebur dengan yang lainnya," (Miftah/dod)
Bagikan: