Seoul, Korsel (Pendis) - Di hari kedua short course (Selasa, 12 Desember 2018), setelah menerima materi The Magic Of Korean Education dan The Character Education in South Korea, tim melanjutkan observasi ke Itaewon, kota berpenduduk muslim terbanyak di Korea Selatan. Mayoritas penduduk Itaewon adalah muslim dan berasal dari berbagai negara, seperti Arab Saudi, Pakistan, Indonesia dan lain-lain. Di Itaewon berdiri sebuah masjid besar yang bernama Seoul Islamic Center. Masjid ini didirikan pada tahun 1960.
Dalam kunjungan ke masjid yang merupakan pusat pendidikan dan dakwah Islam di Korea Selatan ini, rombongan diterima oleh Abdurrahman Lee, Ju-Hwa, Imam masjid yang merupakan penduduk asli Korea Selatan. Menurut penuturannya, beliau masih merupakan keturunan dinasti Lee. Dalam mengembangkan dakwah melalui masjid ini, imam Abdurrahman Lee dibantu oleh Ust. Arifin yang berasal dari Malang dan memiliki istri dari Majalengka.
Abdurrahman Lee, dalam diskusi dengan tim menyatakan bahwa untuk mengembangkan pendidikan dan dakwah Islam di Korea Selatan dibentuk Federasi Muslim Korea atau Korean Moslem Federation (KMF). KMF merupakan forum komunikasi lembaga-lembaga dakwah di Korea Selatan. Abdurrahman Lee, juga menyatakan bahwa jumlah muslim di Korea Selatan ini merupakan minoritas. Jumlah penduduk muslim Korea Selatan yang merupakan penduduk asli berjumlah sekitar 35.000 orang. Muslim Korea Selatan yang berasal dari Indonesia lebih banyak dari penduduk asli. Jumlahnya mencapai sekitar 40.000 orang.
Dalam paparannya kemudian, Abdurrahman Lee yang didampingi Ust. Arifin menyatakan bahwa KMF menyadari Korea Selatan adalah negeri yang memberikan kebebasan bagi warganya untuk memeluk agamanya masing-masing. Untuk itu strategi yang dikembangkan dalam dakwah Islam di Korea Selatan perlu menggunakan pendekatan moderasi Islam yang mengedapankan saling menghargai antar umat. Pendekatan ini memberikan dampak yang positif, hal ini dibuktikan dengan jumlah muslim disetiap tahunnya semakin bertambah, demikian tambahnya.
Abdurahman Lee juga menyampaikan bahwa penduduk muslim Korea Selatan memiliki resistensi yang lebih hebat dalam menghadapi problematika kehidupan di Korea yang sangat kompetitif. Beliau menambahkan bahwa kasus bunuh diri di Korea Selatan itu bisa terjadi per 45 menit. Islam yang memiliki nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, memberikan efek positif yang luar biasa dalam mengatasi permasalahan-permasalahan hidup di Korea Selatan.
Ditanya tentang strategi dakwah yang dilaksanakan KMF, Imam yang merupakan sahabat Hidayat Nur Wahid, mantan ketua MPR RI, ketika kuliah di Madinah, mengatakan bahwa KMF banyak sekali melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan. KMF melayani segala aspek pelayanan Islam, mulai dari kajian keilmuan, pernikahan sampai pada pengurusan jenazah muslim Korea Selatan. Beliau meminta doa kepada tim, agar proses perizinan lembaga pendidikan Islam pada Lembaga Prince Sultan Islamic School - Seoul dapat segera selesai. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan Islam (madrasah) pertama di Korea Selatan. Saat ini siswa sekolah ini berjumlah 70 orang.
Ketika ditanya tentang hambatan dan tantangan dakwah di Korea Selatan, beliau menjawab dengan senyum sambil berkata bahwa hambatan dan rintangan sejauh ini dapat di atasi dengan baik, diantaranya dengan bekerja sama dengan sejumlah negara muslim dunia. Kami berharap suatu hari dapat menjalin kerjasama dakwah dengan muslim Indonesia, demikian pungkasnya dalam diskusi dengan tim short course Kementerian Agama RI. (unang rahmat/dod)
Bagikan: