Malang (Pendis) - Penggunaan Learning Management System (LMS) dalam pembelajaran Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam (PPG PAI) diakui para pengguna memiliki banyak keunggulan dan mendapat apresiasi dari para pengelola PPG PAI. LMS PPG PAI didesain dan dikembangkan Direktorat PAI, dan baru berlangsung 10 minggu.
Keunggulan dan apresiasi tersebut diramu dari hasil evaluasi dan hasil diskusi bersama para pengelola PPG dan dosen/instruktur pengampu model daring di UIN UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Alauddin Makasar, UIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN Samarinda, UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru dan terakhir di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (21/8).
"Pada awalnya ketika kami mengenal LMS PAI, kami mengeluh dan mengungkapkan kesulitan mengoperasikannya. Tapi ketika kami disuguhi model lainnya, kami mengapresiasi kemudahannya," ungkap salah satu dosen UIN Pekanbaru, yang tidak menyebutkan namanya.
Selain mengapresiasi kelebihan LMS PAI, para pengelola mengusulkan penyempurnaan di beberapa aspek. Dosen UIN Malang, Walid, mengatakan rentang nilai agar didesain ulang, tidak terlalu jauh rentangnya. "Menu dalam penilaian hasil diskusi, saya usulkan rentangnya 5 saja atau dosen dibiarkan menilai sendiri dari 60 sd 100," usul Walid.
Selain itu, LMS PPG PAI agar diberi panduan di menu dosen per pemberian tugas. "Misalkan saja di tugas resume, rambu-rambu membuat resume harus ditampilkan. Bisa disediakan atau sistem sudah menyediakan," usul salah satu dosen IAIN Samarinda.
"Ketiga, perlu ada semacam penyamaan persepsi bagaimana menjadi instruktur daring yang baik," imbuhnya.
Kasi bina Akademik PAI PTU, Anis Masykhu, menuturkan, setidaknya ada tiga keunggulan yang dimiliki LMS PPG PAI. Pertama bahwa LMS yang ada sudah user friendly bagi guru-guru PAI yang diperkirakan kurang familiar dengan teknologi informasi. "Guru PAI yang menjadi peserta PPG yang rerata berusia di atas 45 tahun memiliki kendala tersendiri dalam merespon perkembangan teknologi informasi," kata Anis.
"Display LMS ini kami pikirkan betul-betul yang mencoba menggabungkan dan memodifikasi LMS yang ada," imbuh Anis.
Kedua, lanjut Anis, memberikan ruang bagi dosen sebagai instruktur untuk melakukan kurasi atas dokumen-dokumen yang disediakan sistem. Sebagaimana diketahui bahwa instruktur pembelajaran daring ini tidak boleh menerima mentah-mentah dokumen yang disediakan. Dosen harus melakukan kurasi atas materi (modul), video, bahan presentasi dan jurnal, jika dirasa kurang cocok atau tidak sesuai dengan yang diharapkan.
"Di LMS ini Dosen dapat memberikan soal-soal latihan yang lebih berkualitas daripada yang disediakan," jelasnya.
Ketiga, struktur LMS terlihat sistematis meski kompleksitasnya masih rendah. "Model plotincg kelas, modul dan dosen mendorong instruktur dan peserta untuk lebih berdisiplin dengan kesepakatan yang dibangun kedua belah pihak," tegas Anis.
Anis juga mengapresiasi dan usulan disampaikan untuk perbaikan aplikasi LMS. "Kita semua berharap, tahun depan LMS ini makin sempurna," pungkas Anis. (n15/M Yani)
Bagikan: