Bandar Lampung (Pendis) - "Saat ini teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berkembang pesat dan masif yang berimbas pada peradaban manusia, terjadilah society on the move," ujar Abdur Rozak, narasumber sekaligus dosen Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Bandar Lampung, Kamis (07/06).
Di depan 30 peserta kegiatan Pengayaan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum untuk Instruktur Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) SD Angkatan 2, Rozak menekankan pentingnya para guru tak terkecuali GPAI untuk mengetahui sekaligus mempersiapkan diri di era revolusi industri 4.0. Ciri revolusi industri ini adalah separuh penduduk bumi telah terkoneksi dengan internet dan orang dapat bepergian dengan mudah dan cepat.
"Untuk itu para GPAI perlu tahu apa yang dimaksud kecakapan Hidup Abad 21, sehingga dalam pengembangan pembelajaran PAI di kelas bisa mengimbangi dan menyesuaikan," imbuhnya.
Pengembangan pembelajaran di kelas yang berbasis kecakapan abad 21 meliputi:
1. Inquiry and Discovery Learning. Para guru harus siap dengan berbagai pertanyaan kritis di luar dugaan yang dilontarkan anak didik. Dalam PAI pertanyaan itu bisa menyangkut aqidah dan fiqih.
2. Student Center Learning. Peserta didik lah yang menjadi pusat sekaligus sumber pembelajaran bukan lagi dari guru.
3. Problem Base Learning. Peserta didik terbiasa belajar untuk memecahkan masalah di lapangan.
4. Collaborating Learning. Peserta didik mampu berkolaborasi bersama rekan-rekannya dalam belajar.
Inilah mengapa dalam pendidikan Abad 21 dikenal dengan istilah 4C: Critical Thinking, Creativity, Communication and Collaboration.
Rozak juga menyebutkan mengenai tantangan guru menghadapi generasi milenial. Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an. Mereka memiliki ciri mahir berteknologi karena sudah terbiasa dengan internet. Bagian dari generasi millenial ini adalah generasi Z yang lahir antara tahun 1995-2010.
Guru dipersiapkan untuk menghadapi Generasi Z dengan cara memahami, membimbing dan mendidik siswa sesuai zamannya.
Salah satu bagian terpenting dalam pembinaan generasi Z adalah mengembangkan kemampuan literasi atau keberaksaraan. Literasi Baru yang dikembangkan lebih dari sekedar Literasi Lama (membaca, menulis dan matematika) tapi menekankan 3 sasaran yakni Literasi data (kemampuan membaca, analisis dan menggunakan informasi dunia digital), kedua literasi teknologi dan terakhir literasi humanis (komunikasi dan desain).
Dengan kemampuan literasi baru ini para peserta didik tidak akan mudah percaya begitu saja dengan berita bohong (HOAX) namun menganalisa terlebih dulu dengan mencari sumber informasi yang valid, pungkas Rozak. (wikan/dod)(Foto: yoni haris)
Bagikan: