Tangerang (Pendis) - Dalam rangka menyambut kedatangan bulan Ramadhan 1439 H, Instruktur Kebangsaan Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) melakukan evaluasi pedoman pelaksanaan Pesantren Kilat Ramadhan untuk Sekolah Umum dan memberikan muatan-muatan baru dalam rangka mensupport perwujudan moderasi agama.
Dalam rangka penyempurnaan pedoman tersebut, Direktorat PAI menghadirkan para praktisi pendidikan dan juga pegiat moderasi Islam, seperti Hasibullah Satrawi (Aliansi Islam Damai-AIDA), Agus Muhamad (Pengembangan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat-P3M), Iftah Siddik (Lakspesdam NU), Hatim Ghazali (Dosen Universitas Sampoerna), Ahmad Tholabi dan M. Maksum (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Ishom Elsaha (UIN SMH Banten), Nur Dewi Afifah (SMA 97 Jaksel), Mustahdi (Guru SMA 1 Tangsel), (SMA Bandung) dan pegiat lainnya.
Menurut Agus Muhammad, bahwa penyelenggaraan kegiatan semacam pesantren kilat ini harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan siswa. Menjawab pertanyaan tersebut, forum telah berhasil mengidentifikasi hal-hal yang melatarbelakangi penyusunan pedoman tersebut. Pertama, pengokohan spirit kebangsaan dan keindonesiaan. Kedua, memberikan citra positif pendidikan agama dan keagamaan, seperti pendidikan pesantren yang cenderung dicitrakan negatif. Ketiga, menjawab kebutuhan orang tua tentang pendidikan moral.
"Citra pendidikan agama seperti pesantren dipersepsikan kurang baik di masyarakat, sehingga mereka enggan untuk memasukkan putra-putrinya ke pesantren. Padahal untuk mendapatkan pendidikan agama yang benar, satu-satunya adalah pesantren," jelas Hasibullah, koordinator AIDA. "Hal yang lain adalah bagaimana bisa menjawab kebutuhan orang tua. Kegiatan seperti ini harus dapat memenuhi harapan masyarakat tentang pentingnya sanlat. Sehingga, baik orang tua maupun komite masyarakat dapat mendukung kegiatan keagamaan seperti ini," ujarnya lebih lanjut.
Hal demikian itu juga diiyakan oleh Anis Masykhur, "korlap" Intruktur Kebangsaan Direktorat PAI. Ia menyampaikan bahwa tiga hal di atas akan direspon dengan memasukkan tema-tema bahasan dalam agenda pesantren kilat tersebut. Bahkan jika memungkinkan harus melampauinya. "Pesantren kilat harus mampu memancing motivasi siswa untuk belajar agama di tempat yang tepat, meski pada kegiatan pesantren tersebut baru memperkenalkan `halaman depan`-nya saja," ujar Anis menegaskan.
Anis juga menyampaikan bahwa forum ini memberikan bukti bahwa moderasi agama harus diterjemahkan lebih teknis dan operasional di tengah masyarakat. Masyarakat bisa mempergunakannya dan para guru yang belum memikirkan penyelenggaraan pesantren diharapkan terinspirasi untuk menyelenggarakannnya tahun ini. Di sinilah, kegiatan penyusunan ini menjadi penting untuk dilaksanakan.
Panduan ini diproyeksikan akan diedarkan kepada para guru satu minggu sebelum masuk Ramadhan 1439 H. (n15/dod)
Bagikan: