Penutupan Pesantren Ramadan Pelajar Nasional ke-3 Tahun 2025 di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
Semarang, Kemenag (Kemenag) --- Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, mengapresiasi keberhasilan penyelenggaraan Pesantren Ramadan Pelajar Nasional ke-3 Tahun 2025 yang mengusung tema Spirit Ramadan Menuju Indonesia Hebat dan Moderat. Kegiatan yang berlangsung di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) ini menjadi ajang strategis dalam membangun karakter pemimpin muda yang berwawasan kebangsaan dan moderat.
Pesantren Ramadan ini digelar atas kolaborasi Kementerian Agama, Baznas Pusat dan Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta Asosiasi Guru PAI Indonesia (AGPAII) Jawa Tengah, menghadirkan tokoh-tokoh penting, termasuk Ketua Baznas RI, Direktur Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Ketua MUI Jawa Tengah, dan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur yang akrab disapa Gus Yasin menegaskan bahwa Rohis (Rohani Islam) harus menjadi motor penggerak dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Ia menyoroti pentingnya peran siswa Rohis dalam menangkal segala bentuk kekerasan di sekolah, baik fisik, verbal, maupun non-verbal, seperti perundungan (bullying).
"Pendidikan akhlak harus menjadi prioritas kita. Pesantren Ramadan ini bukan sekadar ajang pembelajaran agama, tetapi juga ruang pembentukan karakter. Siswa Rohis harus hadir sebagai pelopor kebaikan di sekolah, menjadi teman yang mendukung dan menguatkan sesama," ujar Gus Yasin.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa guru PAI memiliki peran penting dalam membimbing siswa agar memiliki wawasan keislaman dan kebangsaan yang kuat.
Ketua MUI Jawa Tengah, Ahmad Daroji, yang juga merupakan Penasihat Masjid Agung Jawa Tengah, menekankan bahwa santri telah lama menjadi bagian penting dalam kepemimpinan bangsa. Ia mencontohkan sejumlah santri yang sukses menduduki posisi strategis, mulai dari KH. Abdurrahman Wahid (Presiden ke-4 RI), KH. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI), hingga KH. Taj Yasin Maimoen (Wakil Gubernur Jawa Tengah).
"Kegiatan ini bukan hanya membangun kecerdasan intelektual, tetapi juga membentuk kebijaksanaan dalam beragama dan bertindak. Generasi muda harus memiliki kesadaran bahwa menjadi santri berarti siap mengabdi untuk negeri," ujarnya.
Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI), M. Munir menegaskan bahwa Pesantren Ramadan Pelajar ini adalah langkah strategis dalam mencetak calon pemimpin bangsa yang tidak hanya kuat dalam keislaman, tetapi juga berkarakter kebangsaan yang tinggi.
"Siswa Rohis adalah pemegang estafet masa depan Indonesia. Mereka harus memahami nilai-nilai moderasi dalam beragama dan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Kegiatan ini menjadi wadah bagi mereka untuk belajar, berjejaring, dan tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana," ungkap M. Munir.
Ia juga menyampaikan harapan agar program ini tidak hanya terbatas di Jawa Tengah, tetapi juga dapat diperluas ke seluruh Indonesia. Bahkan, ia mengusulkan agar Masjid Agung Jawa Tengah menjadi pusat kajian keislaman nasional bagi siswa Rohis.
"Saya berharap Masjid Agung Jawa Tengah dapat menjadi center of Islamic studies bagi siswa Rohis se-Indonesia. Masjid harus menjadi tempat yang dicintai oleh para pelajar, tempat mereka menimba ilmu dan membangun jaringan kebaikan," tambahnya.
Sebagai bentuk komitmen, Direktorat PAI juga telah berkoordinasi dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) agar siswa Rohis yang aktif dalam kegiatan keagamaan mendapatkan kesempatan beasiswa di PTKIN seluruh Indonesia.
Pesantren Ramadan Pelajar Nasional ke-3 ini diikuti oleh peserta dari 11 provinsi, dengan fokus utama pada penguatan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, serta kepemimpinan berbasis moderasi beragama. Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas secara akademik, tetapi juga bijaksana dalam mengambil keputusan serta kokoh dalam memegang nilai-nilai Islam dan kebangsaan.
Bagikan: