Belitung (Pendis) - Perkemahan ROHIS Nasional III di Bumi Perkemahan Juru Seberang 5 s/d 10 November 2018 betul-betul "digarap" dengan apik. Seharian penuh di hari ketiga, mereka diperkenalkan dengan materi-materi pilihan yang diproyeksikan akan mensupport kompetensi untuk mendiseminasikan moderasi beragama. Seperti public speaking, karya tulis fiksi dan cerita Islam, leadership dan lain sebagainya. Dengan model jigshaw learning, peserta yang ditugaskan dari tiap-tiap tenda (RT) tidak hanya belajar, tapi dia adalah agen RT dan wajib menginformasikan hasil studinya ke anggota RT lainnya seusai mengikuti materi.
Dua orang anggota Tim Pokja Moderasi Agama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Ahmad Rusdi dan Anis Masykhur, berkesempatan "memprovokasi" pentingnya wawasan Islam moderat bagi peserta. Rusdi menyampaikan bagaimana konsep-konsep Islam menawarkan pesan-pesan moderasi. "Dalam ajaran Islam dikenal konsep tasamuh yakni toleransi, tawassuth yakni moderasi dan tawazun yakni keseimbangan," jelas Rusdi menguraikan.
Menurutnya, bahwa di dunia ini selalu ada dua kelompok ekstrem (tasyaddud); ekstrem kanan dan ekstrem kiri, ada yang sangat keras dan ada pula yang sangat lembut. "Kedua ekstremitas itu tidak baik," ujarnya menegaskan. Karena itu Islam diturunkan untuk menjadi jalan tengah yang dapat memberikan keseimbangan. "Ini yang disebut moderasi. Ajaran-ajaran Islam mengajarkan sikap moderat," tegasnya lebih lanjut.
Lain Rusdi lain Anis Masykhur. Di forum tulis fiksi dan cerita Islami, Kang Anis--begitu ia biasa dipanggil--mengingatkan pentingnya peserta ROHiS dalam bersikap untuk selalu memperhatikan lima maslahat yang dikenal dengan istilah mashalih al-khamsah, meniru konsep tujuan adanya syariat Islam. Pertama, khifdz ad-din, menjaga agama. Kedua, khifdz an-nasl, menjaga keturunan. Ketiga, khifdz al-mal, menjaga harta benda. Keempat, khifdz an-nafs, menjaga nyawa; dan kelima, khifdz al-`aql, menjaga akal.
Kang Anis mencontohkan penggunaan lima konsep tersebut untuk mendrive gerak langkah manusia pada umumnya. "Zaman sekarang anda menggenggam dunia melalui gadgetnya. Anda bisa menyaksikan yang baik dan yang buruk tanpa ada yang bisa melarang. Maka jika anda gunakan teknologi untuk melihat--misalkan--saja situs-situs porno, akal anda akan teracuni. Anda menjadi ketagihan, anda selalu berimajinasi yang tidak-tidak, dan lain sebagainya. Itulah, mengapa syariat melarang melihat maksiat, karena mengganggu akal anda," jelasnya panjang lebar. Maka dari itu, perbuatan tersebut membahayakan dan tidak membawa manfaat.
Anis juga mencontohkan banyak hal lain, termasuk mengajak ROHIS berhati-hati dalam berbagi informasi yang didapat dari media sosial. "Jika itu mengganggu lima maslahat di atas, jangan terlalu mudah anda ngeshare info medsos tersebut," pesannya menegaskan.
Di kelas tulis fiksi dan ceris ini, Kang Anis berbagi pengalaman asyiknya menulis apa yang sering diceritakan dan yang dipikirkan. "Yang suka dengan materi cerita islami dan fiksi di forum ini, jangan berhenti hanya sampai di bawah tenda ini. Anda lanjutkan kegemaran bercerita ke dalam tulisan, entah itu novel atau karya ilmiah. Semua itu ada manfaatnya. Saya sudah merasakannya," ujarnya memotivasi. "Saya nulis sejak tahun 1997 dan saya bisa beli kendaraan, komputer termasuk berani melamar calon istri juga dari menulis," ceritanya dengan semangat yang diikuti gelak tawa peserta. Selanjutnya forum diisi dengan praktik secara teknis sesuai bidang peminatan masing-masing. (n15/dod)
Bagikan: