Cirebon (Pendis) -- Kementerian Agama (Kemenag) RI memperkuat Cirebon sebagai kota multikuktural. Hal itu ditegaskan Staf Khusus Kemenag, Muhammad Nuruzzaman pada Festival Multikulturalisme Kota Cirebon dan Doa Bersama Perdamaian, Sabtu (3/06/2023).
Pada kegiatan yang dipusatkan di kawasan Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu, Staf Khusus Kemenag yang biasa disapa Kang Zaman itu mengulas Cirebon sebagai kawasan yang heterogen. Terdiri dari beragam suku, agama dan ras. Namun dapat menciptakan kehidupan yang rukun dan damai.
Sejalan dengan itu, Kemenag pun berupaya mengarusutamakan moderasi beragama sebagai landasan membangun spirit beragama yang damai dan humanis namun tetap mengedepankan spritualitas yang sejati.
Salah satu upaya yang ditempuh ialah mempersatukan tokoh lintas agama di Cirebon melalui festival. Dimana budaya dan tradisi lokal ditonjolkan sebagai kontradiksi paham radikalisme dan ekstrimisme.
“Penguatan moderasi beragama di Kementerian Agama itukan ada satu poin menghargai budaya dan tradisi lokal. Karena budaya dan tradisi lokal menjadi salah satu cara kontra radikal sebenarnya terhadap kelompok-kelompok yang ekstrim dalam beragama,” kata Kang Zaman.
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kota Cirebon juga Ketua Pelaksana Festival, Rizki Riyadu Taufiq, menerangkan Festival Multikulturalisme Kota Cirebon dirancang sebagai event merajut semangat kebersamaan antar umat beragama.
“Tujuannya untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan, semangat keguyuban antar umat beragama. Yang hadir semua komponen masyarakat tidak hanya dari umat Islam saja,” kata Taufiq.
Semangat multikulturalisme tersebut terinspirasi dari tauladan Sunan Gunung Jati. Meski pun berhasil membangun kerajaan Islam di Cirebon, sang wali tetap memberi ruang bagi agama dan kebudayaan lain untuk tumbuh dan berkembang.
“Leluhur kita, Sunan Gunung Jati telah memberi teladan yang sangat baik kepada masyarakat. Meskipun di Cirebon itu ada Kesultanan Cirebon yang notabene Islam, beliau memberi ruang khususnya untuk agama yang lain, untuk budaya yang lain,” jelas Taufiq.
Sebab itulah, pihaknya merancang Festival Multikulturalisme Kota Cirebon untuk pertama kalinya. Diisi penampilan seni dan budaya dari beragam suku bangsa. Antara lain Cirebon, Batak, Bali, Sunda, Jawa hingga Tionghoa. Dan diakhiri dengan deklarasi perdamaian antar umat beragama.
“Ini pertama kalinya festival multikulturalisme di Kota Cirebon. Memang kita pengen mengawali dan kita berharap setuap tahun bisa bergulir kegaiatan sepetti ini,” jelas Taufiq.
Bagikan: