Cibubur (Kemenag) — Wakil Presiden ke-13 Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin, menyerukan pentingnya memperkokoh ketahanan nasional melalui penguatan persatuan dan karakter bangsa di tengah gelombang tantangan global yang semakin kompleks.
Dalam arahannya pada acara Jambore, Halal Bihalal, dan Seminar Nasional bertajuk “Pendidikan Karakter bagi Perwujudan Ketahanan Nasional” yang diselenggarakan oleh Yayasan Al-Jihad Shalahuddin Al Ayyubi di Cibubur, Minggu (27/4/2025), KH. Ma’ruf Amin menegaskan, resiliensi bangsa hanya bisa dibangun dengan menguatkan tiga pilar ukhuwah: Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, dan Ukhuwah Insaniyah.
“Ketahanan nasional hanya bisa terwujud jika bangsa ini memiliki resiliensi yang tangguh, baik secara geografis, ideologis, maupun sosial," ujarnya dengan penuh semangat.
KH. Ma’ruf Amin mengingatkan, luasnya wilayah Indonesia membutuhkan keterhubungan bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara ideologis dan batiniah. Kolektivitas nasional harus terus dijaga di tengah pesatnya perkembangan teknologi, termasuk kehadiran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang membawa tantangan baru dalam membentuk pola pikir dan karakter bangsa.
Dalam konteks ini, beliau menekankan pentingnya pendidikan karakter yang kuat dan berlandaskan nilai luhur bangsa dan agama.
"Tanpa hati yang bersih, konsep yang benar, dan aksi yang nyata, pembangunan bangsa hanya akan menjadi wacana tanpa makna," pesannya.
KH. Ma’ruf Amin mengutip keteladanan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menghadapi tantangan besar, seperti dalam Perang Ahzab, sebagai inspirasi ketangguhan iman dan keteguhan komitmen terhadap janji-janji kebaikan.
Lebih lanjut, beliau mengingatkan kembali bahwa konsensus nasional—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—adalah fondasi yang sudah final.
"Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. NKRI adalah bentuk implementasi nyata dari semangat syariat yang rahmatan lil alamin," tegasnya.
KH. Ma’ruf Amin juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan momen Halal Bihalal sebagai simbol memperkuat persaudaraan nasional lintas kelompok, sebagai energi kolektif untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih maju dan harmonis.
Dengan sinergi kuat antar-elemen bangsa, semangat kolektivitas, dan pendidikan karakter berbasis cinta, Indonesia diyakini mampu menjawab berbagai tantangan global dan melangkah menuju masa depan yang lebih cerah dan berdaulat.
"Kalau kita bersatu, saling mendukung, dan bergandengan tangan, insyaAllah sebesar apa pun tantangan yang kita hadapi, kita mampu melewatinya," pungkas KH. Ma’ruf Amin penuh optimisme.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menegaskan pentingnya inovasi dalam dunia pendidikan dengan mengusung Kurikulum Berbasis Cinta (KBC).
"Di era kecerdasan buatan ini, karakter akademik rentan terhadap degradasi. Pendidikan kita harus mendidik generasi yang mencintai Tuhan, mencintai bangsa, dan mencintai alam," tutur Prof. Amien.
Menurutnya, pendidikan berbasis cinta akan melahirkan manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas, berwawasan ekologis, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Ia menekankan pentingnya pendekatan batiniah dalam pendidikan, melampaui sekadar hukum formal.
Dalam rangka memperkuat karakter ekologis dan spiritual ini, Prof. Amien juga menggulirkan program Green Campus serta literasi ekologi sebagai bagian integral dari transformasi pendidikan Islam di masa depan.
Sekretaris Jenderal Kwartir Nasional Pramuka, Purn. Bachtiar Utomo, turut mengingatkan bahwa kekuatan bangsa bertumpu pada generasi mudanya.
“Generasi muda harus menjadi agen perubahan yang mencintai tanah air, berakhlak mulia, dan mampu menjaga keutuhan bangsa di tengah derasnya tantangan global," serunya.
Bachtiar mendorong kalangan pendidikan tinggi dan seluruh lapisan masyarakat untuk memperkuat sinergi dalam membentuk karakter bangsa yang berdaya saing tinggi namun tetap berakar pada nilai-nilai luhur.
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Al Ayyubi (STAISA), Siti Marifah, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kolektif membangun ketahanan nasional berbasis pendidikan karakter.
"Kami tidak bisa bergerak sendiri. Pendidikan karakter harus dibangun bersama, dengan semangat ukhuwah dan visi kebangsaan yang kokoh," tegasnya.
Bagikan: