Jakarta (Pendis) -- Esensi dari menuangkan gagasan secara sistematis menjadi suatu keharusan dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah. Oleh karenanya, peneliti harus mampu memastikan bahwa tulisannya dapat dicerna dan dipahami oleh pembaca dengan baik. Argumentasi yang diungkap dalam gagasan juga harus bersifat logis.
“Maka, tertib gagasan cermin dari tertib pikiran. Dengan sendirinya, gagasan yang baik merupakan cerminan penelitian yang berkualitas”, ungkap Hamdani, Kepala Program Studi Magister Sekolah Pascasarjana (SPS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat tampil dalam diskusi rutin yang diselenggarakan oleh Klub Riset Bildung bersama Genmaster SPS UIN Jakarta.
Diskusi kali ke-4 ini bertema “Kiat-kita Mengkonstruksi Gagasan dalam Penelitian” dan diselenggarakan di gedung Perpustakaan Riset SPS UIN Jakarta, Selasa (19/12/2023).
Turut hadir dalam kegiatan ini Suwendi, pendiri Klub Riset Bildung, Alvian Iqbal Zahasfan, dosen SPS UIN Jakarta, dan sejumlah mahasiswa dan pegiat klub riset secara daring dan luring.
Menurut doktor lulusan Austalian National University itu, gagasan yang berkualitas memiliki beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam sebuah penelitian. “Ini melibatkan penggunaan kalimat yang efektif, paragraf yang solid dan koheren, serta kesesuaian antara rumusan masalah dan kesimpulan penelitian”, ungkap Hamdani.
Dalam kesempatan yang sama, Suwendi, pendiri Klub Riset Bildung dan dosen SPS UIN Jakarta, menekankan bahwa gagasan yang baik merupakan inti dari sebuah penelitian. Gagasan yang muncul perlu diperoleh melalui kekayaan literatur, hasil latihan tekun, dan pembentukan ide berdasarkan kemampuan daya pikir seseorang dalam menganalisis sebuah permasalahan.
Menurut Suwendi, setidaknya ada 4 (empat) tips dalam mengkonstruksi gagasan dalam penelitian. Pertama, gagasan harus sesuai dengan “passion” peneliti. “Yang mengetahui passion kita adalah diri kita sendiri, sehingga setiap kita perlu mendefinisikan diri kita serta mengkonstruksikannya ke dalam fikiran” ungkap Suwendi.
Kedua, gagasan penelitian sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni. Ketiga, ketersediaan sumber-sumber literatur dalam proses penelitian yang dilakukan. Keempat, peneliti harus mengetahui apa yang dibutuhkan oleh dunia akademik, masyarakat, dan negara, dan dunia global.
Ahmad Junizar, Koordinator Klub Riset Bildung, dalam sambutannya menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai wadah untuk melahirkan generasi peneliti yang unggul. “Klub Riset Bildung memiliki komitmen kuat untuk berperan positif dalam pengembangan kemampuan riset di kalangan mahasiswa dan akademisi. Insya Allah, setiap hari Selasa, klub ini menggelar kegiatan rutin di Gedung Perpustakaan Riset SPS UIN Jakarta”, ungkap Junizar, mahasiswa S2 SPS UIN Jakarta dan awardee BIB Kementerian Agama RI.
Diskusi dipandu oleh Faisal Naser, pegiat Klub Riset Bildung dan mahasiswa SPS UIN Jakarta. Ia menekankan bahwa kegiatan ini sangat membantu mahasiswa dalam mendalami ilmu kepenulisan ilmiah. Di akhir sesi, Faisal menyimpulkan, "Gagasan adalah suatu imajinasi yang mahal dan harus direalisasikan dalam bentuk tulisan yang nyata dan mudah dipahami, agar dapat dilestarikan dan menciptakan perubahan yang lebih baik," pungkasnya.
Bagikan: