Cirebon (Kemenag) - universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon dengan bangga menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Joint International Symposium on Enhancing Global Learning bersama Asia e University (Malaysia) pada Minggu, (26/5/2024).
Simposium ini menampilkan enam pembicara terkemuka dari kedua universitas, menyoroti pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai keislaman yang kokoh dan pendekatan interdisipliner dalam pengembangan teknologi dan pedagogi modern.
Rektor UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Aan Jaelani, menekankan bahwa pendidikan tinggi harus dibangun di atas fondasi nilai-nilai keislaman yang moderat, inklusif, dan inovatif.
"Distingsi keilmuan bukan hanya tentang pengetahuan teknis, tetapi juga tentang etika dan nilai-nilai moral. Nilai keislaman memberikan kerangka kerja etis yang solid untuk membimbing para akademisi dan profesional dalam menghadapi tantangan global," tegasnya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Jamali, menyampaikan bahwa universitas ini secara teknis bisa meniru universitas digital yang sudah mapan seperti Universitas Terbuka, Telkom University, dan Asia e University. Namun, masa kuliah untuk jurusan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) masih dibatasi dalam empat tahun seperti yang konvensional.
"Dibutuhkan regulasi dan kebijakan baru, terutama dalam rekayasa kurikulum digital, agar lebih ringan dari kurikulum konvensional yang berjumlah 142 SKS. Reformasi kurikulum siber pun kini tengah digodok agar UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon memiliki paradigma kurikulum baru yang bisa mengakselerasi pembelajaran secara digital," tambahnya.
Pendiri Asia e University, Ansary Ahmed, juga menegaskan bahwa pembelajaran berbasis siber harus dilandaskan pada nilai-nilai keislaman yang solid, sehingga mahasiswa dan alumni lulusan UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon bisa berkiprah secara lokal dan global.
"Ciri khas dari digital learning adalah pengembangan keilmuan yang interdisipliner. Pendidikan tidak bisa lagi dilakukan dalam silo. Pedagogi harus dikawinkan dengan pengembangan teknologi agar dapat menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan multidimensional," ungkapnya.
Rektor Asia e University, Nik Mustapha R. Abdullah, menjelaskan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran yang lebih efektif dan inklusif. "Pembelajaran yang efektif mampu membantu dosen dan mahasiswa untuk memiliki kepekaan keilmuan yang tajam," jelasnya.
Beliau mencontohkan pengalaman pribadi sebagai reviewer jurnal internasional, menekankan pentingnya kepekaan dalam melacak dan mengidentifikasi tren keilmuan terbaru.
Beliau mengkritisi penggunaan terma Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) oleh UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon karena cakupan pasarnya yang sempit.
"Asia e University lebih memilih terma e-Learning untuk menjangkau mahasiswa dari seluruh dunia. Kini, Asia e University memiliki hampir 30 ribu mahasiswa aktif dari 35 negara," jelasnya.
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Asia e University, Aedah Binti Abd. Rahman, menyatakan bahwa resiliensi dan fleksibilitas sistem IT merupakan kebutuhan fundamental untuk universitas digital.
"Karena Asia e University memiliki mahasiswa dari 35 negara, daya lenting sistem IT harus sangat kokoh. Uji coba sistem IT pun harus terus menerus dilakukan oleh ahli di bidangnya. Asia e University siap membantu UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon untuk memperkokoh roadmap pengembangan resiliensi digitalnya," ungkapnya.
Simposium ini menegaskan komitmen UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dan Asia e University untuk memajukan pendidikan global yang unggul dalam bidang akademik dan berakar kuat pada nilai-nilai etis dan spiritual keislaman. Dengan pendekatan integratif dan holistik, kedua universitas berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang mampu menjadi agen perubahan positif di masyarakat global.
Bagikan: