Purwokerto (Kemenag) – Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto kembali mencetak tonggak penting dalam kiprahnya di pentas global. Pada tahun akademik 2025/2026, sebanyak 98 calon mahasiswa asing dari 20 negara resmi mendaftarkan diri untuk menempuh studi di kampus yang berlokasi di jantung desa Jawa Tengah ini.
Direktur International Office UIN Saizu, Mohamad Sobirin, menjelaskan bahwa para pendaftar terbagi ke dalam tiga jenjang pendidikan: 73 orang program Sarjana (S1), 18 Magister (S2), dan 7 program Doktor (S3). Negara asal mereka pun beragam, mencerminkan daya tarik UIN Saizu yang mendunia: dari Afganistan, Nigeria, Bangladesh, Palestina, hingga Aljazair.
“Proses seleksi dilakukan sangat ketat, mencakup asesmen dokumen, ujian akademik, dan wawancara daring sepanjang April 2025,” jelas Sobirin.
Pengumuman hasil seleksi dijadwalkan pada Jumat, 9 Mei 2025, dan menjadi penanda penting bagi UIN Saizu yang saat ini telah memiliki 112 mahasiswa internasional aktif dan alumni dari berbagai negara.
Rektor UIN Saizu, Prof. Ridwan, menegaskan bahwa kepercayaan dari calon mahasiswa luar negeri ini menjadi tantangan sekaligus peluang.
“UIN Saizu membuktikan bahwa dari desa, kita bisa hadir untuk dunia. Ini tentang visi, kualitas, dan komitmen jangka panjang,” tegasnya.
Meski berlokasi di wilayah yang jauh dari pusat transportasi udara dan berada di kawasan pedesaan, UIN Saizu mampu membalik stigma. Kampus ini menunjukkan bahwa komitmen pada kualitas dan strategi internasionalisasi yang tepat mampu membuka akses global yang luas.
UIN Saizu saat ini terus memperluas jaringan kemitraan internasional, mengembangkan program pertukaran akademik, serta meningkatkan layanan dan fasilitas untuk mahasiswa asing. Hal ini dilakukan guna menjawab kepercayaan yang terus tumbuh dari pelajar mancanegara yang ingin mendalami studi Islam dan ilmu interdisipliner lainnya.
Dengan positioning sebagai "kampus desa yang mendunia", UIN Saizu menjadi contoh nyata bahwa internasionalisasi pendidikan tinggi tidak lagi monopoli kampus di kota-kota besar.
Bagikan: