Salah satu ciri interaksi menurut beberapa tokoh sosial yaitu adanya hubungan yang bersifat dinamis yang mempertemukan individu dengan inidvidu, kelompok dengan kelompok, dan individu dengan kelompok manusia. Hubungan yang terjalin tersebut menjadi semacam pola interaksi yang memiliki tujuan yang sama dan diwujudkan dengan suatu tindakan. Hubungan tersebut akan berjalan dengan baik, bila tindakan yang diambil terarah atau sesuai dengan tujuan dan norma yang telah disepakati oleh bersama.
Hubungan tersebut juga akan terjadi bila kedua belah pihak tersebut saling bertemu atau melakukan suatu komunikasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sedangkan wujud dari interaksi sosial itu sendiri adalah dapat berupa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan atau berupa persaingan yang akan mengarah pada konflik. Sebagai contoh adalah masyarakat di Kampung Sukahening, Desa Penewang, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Dalam laporan akademik hasil penelitian yang ditulis Endah Ratna Sonya berjudul Adaptasi Terdampak Pembangunan Waduk Jatigede Setelah Penggenangan (Kasus di Desa Pewenang Kecamatan Jatinungal Kabupaten Sumedang) tahun 2018 menyebutkan bahwa kehidupan masyarakat berjalan dengan baik dan penuh keakraban, sehingga memunculkan rasa solidaritas, toleransi, serta saling menghargai dan saling menghormati antar sesama masyarakat lainnya.
"Alhamdulillah, saya merasakan bahwa hubungan keakraban di Kampung ini masih terjalin dengan baik, rasa kepeduliannya masih tinggi, saling membantu dan gotong royong pun masih terjalin, seperti ketika ada yang membangun rumah, maka tetangga ataupun masyarakat lainnya ikut membantu baik itu berupa tenaga maupun materi, jika ada yang sakit pun tetangga saling menjenguk, kerja bakti pun masih suka dilaksanakan, pengajian ibu-ibu, karena pada hakikatnya sesama manusia itu pasti saling membutuhkan," kata Juharna, Ketua RT setempat seperti ditulis oleh peneliti.
Selain itu, pola interaksi masyarakat Kampung Sukahening juga selalu mementingkan kebersamaan antarangota masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan ronda malam yang dilakukan secara bergiliran, kegiatan tersebut menandakan bahwa solidaritas masyarakat Kampung Sukahening terjalin dengan baik.
Mereka melakukan kegiatan yang sifatnya demi keamanan lingkungan dan kepentingan bersama, karena fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan manusia.
"Saya bersama Bapak-bapak lainnya yang ada di Kampung Sukahening ini setiap malam diagendakan jadwa ronda, di mana setiap malamnya sekitar lima sampai tujuh orang yang kebagian jadwal. Kegiatan ronda malam dilakukan dengan mengelilingi kampung Sukahening sambil membunyikan kentongan yang dibuat dari bambu. Fungsinya untuk mencegah terjadinya musibah seperti kemalingan dan lainnya," jelas peneliti dalam hasil wawancaranya dengan warga setempat.
Namun, lanjut peneliti apabila ada Bapak-bapak yang ada halangan sehingga tidak bisa ikut ronda malam maka ada sanksi atau hukuman berupa denda seperti memberikan makanan, rokok, kopi atau uang kepada bapak-bapak atau rekan ronda yang sejadwal dengan dia sebagai ganti bahwa dia tidak bisa mengikuti jadwal ronda malam itu.
Pola interaksi seperti ini menegaskan bahawa setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Karenanya, perlu adanya perilaku selaras yang dapat diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan individu, kelompok dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya yang beradab.
Penelitian yang dukung oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam tahun 2018 ini menjadi laporan akademik kluster jurnal penelitian dan pengabdian PTKI. Tujuan dari kegiatan penelitian ini antara lain untuk mengetahui untuk mengetahui pola adaptasi sosial masyarakat pribumi, masyarakat pendatang relokasi Waduk Jatigede, serta bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat antara masyarakat pribumi dan pendatang di Desa Pawenang, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Penulis: Kifayatul Ahyar
Editor: Kendi Setiawan
Tags:
#penelitian#masyarakat#Diktis#kemenag
Bagikan: