Dirjen Pendis: Pengarusutamaan Moderasi Beragama Penting bagi Kurikulum Satuan Pendidikan

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)


Garut (Dit.PAI) – Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat KSKK Madrasah dan Direktorat PAI menyelenggarakan kegiatan Program Penguatan Kurikulum Pendidikan Moderasi Beragama (08/07/2023).

Sebagaimana diketahui, penguatan moderasai beragama merupakan salah satu Program Prioritas Kementerian Agama dan juga merupakan salah satu program unggulan Direktorat KSKK Madrasah dan Direktorat PAI Ditjen Pendis.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membekali peserta yang hadir dan mengedukasi publik akan pentingnya pemahaman moderasi dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam kehidupan beragama.

Kegiatan yang diselenggarakan di Garut ini dihadiri oleh Direktur PAI, Direktur KSKK Madrasah, tokoh masyarakat, guru, tenaga kependidikan, dan siswa-siswi dari beragam lembaga pendidikan.

Di hadapan para peserta kegiatan, Ali Ramdhani menyatakan bahwa pengarusutamaan pendidikan moderasi beragama merupakan bagian penting kurikulum satuan pendidikan.

Oleh karenanya, Ali Ramdhani mendorong tumbuhnya rasa syukur atas keanekaragaman Indonesia. "Kita perlu bersyukur dapat hidup di sebuah republik dengan anugerah terbesar dari Sang Khaliq, yakni keanekaragaman suku, budaya, dan variasi bahasa lokal dari tiap-tiap provinsi," ujarnya.

Mengutip proyeksi dan forecasting data berbagai institusi seperti The World Bank, firma McKinsey, dan BAPPENAS, Ali Ramdhani mengungkapkan bahwa dalam 22 tahun mendatang Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

“Ada sebuah prasyarat yang harus dilakukan agar Indonesia mampu berada dalam kondisi selaku salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, yaitu tetap menjaga kondusifitas kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegasnya.

Kang Dhani, demikian sapaan akrabnya, juga memberi gambaran tentang sebuah negara berkembang yang mengalami disharmoni nilai-nilai kehidupan berbangsa dan beragama karena eskalasi politik yang diawali oleh konflik beragama.

“Dahulu, agama hadir untuk menghancurkan berhala, tetapi saat ini agama dijadikan berhala yang dipuja-puja namun esensi ajaran agama kerap diitinggalkan. Semoga hal tersebut tidak terjadi di negara Indonesia yang sama-sama kita cintai ini,” ungkapnya.

Ali Ramdhani juga menjelaskan moderatisme Islam. "Pada dasarnya, agama hadir sudah sangat moderat, berkaca pada kelahiran Rasulullah SAW sebagai utusan Sang Khaliq yang beriringan dengan sebuah ayat pada surat Al-Anbiya ayat 107, yakni Wa Maaa Arsalnaaka illaa Rohmatallil Aalamiin (dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam),” terangnya.

"Pada diri setiap insan yang moderat dapat dipastikan bahwa mereka memahami dan menjalankan nilai-nilai keagamaan dengan baik, namun sebaliknya, pribadi yang tidak moderat itu adalah orang yang baru belajar tentang agama yang diyakininya," tutupnya mengkahiri sambutan.

Senada dengan arahan Dirjen Pendis, Ummu Salamah, Guru Besar Ilmu Sosial Universitas Pasundan, yang juga merupakan tokoh masyarakat Garut, menyampaikan apresiasinya mengenai kegiatan ini.

“Kami segenap warga Garut sangat mengapresiasi kegiatan ini karena efek dari pelaksanaan program moderasi beragama sangat positif dan mengedukasi masyarakat,” jelasnya.

Alumni Program Doktoral Universitas Padjadjaran tersebut juga mengungkapkan bahwa moderasi beragama sangat penting karena warga negara Indonesia yang sangat religius dan majemuk, meskipun Indonesia bukan negara berdasarkan agama tertentu.

“Masyarakat Indonesia sangat lekat dengan kehidupan beragama. Nyaris tak ada satupun hal pada kehidupan sehari-hari masyarakat kita yang tidak berkaitan dengan agama,” katanya.

Baginya, moderasi beragama hadir dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan beragama suatu bangsa. Melalui moderasi beragama akan tercipta keindahan hidup dalam bermasyarakat. “Sikap saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan antarsesama warga dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis,” tegasnya.

"Masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman agama sudah seharusnya memiliki instrumen yang mampu menghilangkan sekat-sekat perbedaan yang dapat menimbulkan konflik. Jelas, moderasi beragama adalah salah satu instrumen tersebut," tuturnya.

Mengakhiri sambutannya, Ummu Salamah berpesan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya dengan kearifan lokal. Keragaman ini dapat dijadikan formula untuk memperkokoh moderasi beragama dan menguatkan rasa silih asah, asih, dan asuh antarsesama warga negara. (Ferly)




Terkait