Staffsus Menag bersama Kasubdit Pendidikan Al Quran

Staffsus Menag bersama Kasubdit Pendidikan Al Quran

Cirebon (Pendis)--Di tengah situasi sosial, politik, dan budaya masyarakat yang tak menentu saat ini, muncul kecenderungan baru terkait dengan penggunaan media sosial sebagai alat berdakwah secara online oleh kelompok tertentu. K.H. Nuruzzaman, pengasuh pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon mengingatkan pentingnya menguasai dunia IT untuk memberikan keseimbangannya. Hal itu disampaikannya pada acara “Penyusunan Buku Moderasi Beragama Pendidikan Al-Qur’an” di Cirebon, 11-13 Maret 2022.
 
Nuruzzaman yang juga menjadi Staff Khusus Menteri Agama RI lebih jauh mengingatkan, bahwa terdapat indikasi kuat bahwa lembaga tahfidh al-Qur’an ini berbeda dengan lembaga pendidikan al-Qur’an lainnya, seperti TPQ/A, perbedaannya antara lain, terdapat lembaga tahfidh yang masih eksklusif, tertutup, dan rekruitmennya terbatas. Oleh karena itu, lanjut alumni sosiologi Universitas Indonesia ini menghimbau supaya para peserta lebih sering untuk silaturahim kepada Lembaga Pendidikan al-Qur’an.

“Sekurangnya, para Kasi yang hadir ini perlu silaturahim ke Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) atau Pesantren, minimal seminggu sekali turun ke lapangan, untuk menyapa, dan seterusnya. Dengan silaturahim itu, maka akan terjadi komunikasi yang lebih akrab dengan mereka. Hal itu juga bagian dari pelayanan prima untuk menjemput bola, bukan menunggu di kantor saja”, ujarnya. Ketika silaturahim itulah nilai-nilai moderasi beragama juga dapat disampaikan kepada para ustadz atau santrinya. Sehingga, dengan silaturahim tersebut, Kementerian Agama dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti berita-berita negatif yang dapat menodai keberadaan Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Islam.

Sejalan dengan itu, sebelumnya Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr. Waryono Abdul Ghafur menyatakan, bahwa saat ini semua pihak, khususnya PD Pontren harus dapat berkontribusi kepada bangsa terkait merawat harmoni dalam perbedaan melalui moderasi beragama. Buku-buku terkait itu sudah banyak disusun dalam berbagai perspektif dan kebutuhan. Oleh karenanya, pada kesempatan membuka acara dan memberikan arahan secara daring, Direktur Waryono menegaskan pentingnya buku yang distingtif, jika hendak menyusun buku moderasi beragama untuk para ustadz dan santri LPQ. 

“Menyampaikan moderasi beragama kepada masyarakat harus melihat audience. Dalam konteks Lembaga Pendidikan Al-Qur’an yang notabene dimulai sejak usia dini hingga dewasa maka diperlukan buku yang disusun dengan bahasa dan kreasi menarik, seperti gambar animasi maupun kartun. Hal itu diperlukan sebagai distingsi khusus di lingkungan Lembaga Pendidikan Al-Qur’an”, imbuhnya.

Sementara itu, pada akhir acara, Kepala Sub Direktorat Pendidikan Al-Qur’an, Mahrus menindaklanjuti arahan pimpinan, mengutarakan bahwa buku yang akan disusun terkait moderasi beragama pada lingkup Pendidikan Al-Qur’an akan dimulai dengan membuat buku saku serial. Di antara serial itu, misalnya buku terkait adab terhadap Al-Qur’an, diawali dengan bagaimana membawa Al-Qur’an, membacanya, hingga meletakkannya kembali dengan cara yang santun, toleran, dan moderat. Lalu, seri berikutnya tentang sejarah sanad keilmuan pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia. Sanad ini juga bagian dari pembelajaran Al-Qur’an yang moderat, supaya tidak terkesan instan, tetapi ada proses dan tahapan-tahapannya. Buku saku itu perlu dihiasi dengan pesan-pesan edukatif, misalnya pada cover belakang, atau sisipan buku yang menyampaikan keragaman budaya dan suku yang menjadi kerangka Bhinneka Tunggal Ika atau semacamnya, terkait Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Usulan buku serial tersebut, ujar Mahrus, merupakan hasil diskusi bersama para pengkaji moderasi beragama dari Rumah Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, praktisi pendidikan Al-Qur'an, dan para pejabat eselon 4 (Kepala Seksi) di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten yang hadir dari di wilayah Jawa Barat bagian Timur dan Jawa Tengah bagian Barat, serta para pejabat fungsional dan staf di lingkungan Subdit Pendidikan Al-Qur’an. Semoga kegiatan tersebut menjadi kontribusi lain Pendidikan Al-Qur’an melalui direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren untuk bangsa Indonesia. [ME/Yusr)