Jakarta (Pendis) – Direktorat Jenderal Pendidikan Islam harus mampu membuat terobosan-terobosan baru dalam Pengelolaan Pendidikan Islam. Demikian dikatakan Wakil Menteri Agama Republik Indonesia saat menutup acara Rapat Koordinasi Ditjen Pendidikan Islam Tahun 2023 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
Pada awal arahannya, Zainut Tauhid Sa’adi memberikan apresiasi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi lebih awal di Tahun 2023. Ini menunjukkan komitmen pimpinan Ditjen Pendidikan Islam dalam menyelenggarakan tugas-tugas pelayanan secara lebih cepat.
“Saya sangat mengapresiasi penyelenggaraan Rakor lebih awal di tahun 2023, ini menunjukkan komitmen pimpinan dalam memberikan pelayanan secara lebih cepat kepada masyarakat”, ungkap Zainut Tauhid Sa’adi.
Lulusan Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menegaskan ada beberapa hal yang perlu disikapi Ditjen Pendidikan Islam yaitu menyangkut tren pembelajaran masa depan.
Pertama, Inspirasi belajar dari usia muda, hal ini sejalan dengan konsep pendidikan Islam yaitu pendidikan sepanjang hayat dari ayunan sampai liang lahat. Perkembangan tren teknologi, pendidikan masa depan dimulai dari usia yang semakin dini. Anak-anak semakin mudah mengadopsi dan menyimpan informasi serta mengembangkan minat mereka. Maka pendidikan masa depan tidak lagi mendikte berdarakan sistem, tapi membimbing berdasarkan bakat minat mereka.
Kedua, tren pembelajarn kolaboratif. Seorang pembelajar saat ini harus melengkapinya dengan kolaborasi dan bersinergi dengan orang atau pihak lain agar semakin banyak sudut pandang.
Ketiga, tren pengelolaan pendidikan melalui pembelajaran dengan menggunakan Virtual Reality (VR). VR ini akan menjadi hal yang lebih menarik bagi anak didik dan bisa membuat pembelajaran menjadi konkret, tidak lagi abstrak.
Keempat, tren pembelajaran dengan teknologi artificial Intelligence (AI). Kemajuan teknologi AI yang begitu pesat, telah mendorong dunia pendidikan harus mengubah sistem dan mekanisme pendidikan yang semakin mengurangi peran manusia, tetapi mengoptimalkan peran-peran kecerdasan buatan.
Untuk itu, maka Wamen berpesan Ditjen Pendidikan Islam harus berani keluar dari Zona Nyaman agar mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Kemampuan adaptasi pengelolaan pendidikan menjadi sangat mendesak dengan terobosan-terobosan yang luar biasa (extra-ordinary).
Tags:
DitjenPendisBagikan: