Jakarta (Pendis) - Triyanto, guru disabilitas netra pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Sleman - Yogyakarta berdedikasi penuh menjalankan amanah negara sebagai ASN. Dihadapan para finalis Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Tahun 2022, beliau menceritakan kegiatan sehari-harinya dalam menjalankan aktifitas sebagai guru.
Berjarak 35 kilometer dari rumah ke madrasah tempat ia mengajar, Triyanto mengungkapkan pengabdian dirinya kepada negara diyakini akan menuai berkah dan hikmah tersendiri untuk diri dan keluarganya.
“Bapak Ibu sekalian mungkin heran mengapa saya harus diantar di tempat ini, karena terang benderangnya ruangan ini tak berarti apa-apa bagi saya. Karena saya seorang tuna netra sejak usia 7 tahun," ungkap Triyanto di Jakarta, Kamis (24/11/2022).
"Pastinya banyak suka duka, namun keadaan inilah yang membuat saya bisa berdiri di tempat ini,” sambungnya.
Dari tahun 2009, kata Triyanto, ia mengabdi menjadi guru di SLB selama 10 tahun. Pada tahun 2019 ia ditetapkan menjadi ASN dan ditempatkan di MAN 4 Sleman sebagai guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Dari sinilah, pernyataan mengenai siap ditempatkan di mana pun, membuat Triyanto menembuh jarak hingga sekitar 70 km setiap hari untuk mengajar.
Beliau mengungkapkan, dedikasi dan semangat mengajarnya justru yang mengantarkan dirinya sampai dititirk ini, menjadi finalis Guru Berdedikatif pada Anugerah GTK Madrasah Tahun 2022 tingkat Nasional.
Motivasi Mengikuti Anugerah GTK Madrasah 2022
Triyanto mengaku, motivasi dirinya mengikuti Anugerah GTK Madrasah 2022 ini ialah semua manusia memiliki hak dan kemampuan yang sama. Menurutnya, ketika orang lain menyampaikan pendapatnya, menyampaikan apa yang dirasakan, dirinya juga bisa demikian.
"Yang kedua, saya ingin banyak bergaul dengan guru atau teman-teman dari lain daerah. Dengan silaturahim ini akan menambah wawasan dan memperkaya khazanah pengetahuan saya terutama mengenai adanya perbedaan toleransi dan sebagainya," ujarnya.
"Pengetahuan dapat kita peroleh dari pergaulan yang luas dengan lapisan masyarakat dan segala macam perbedaan yang ada," ungkapnya lebih lanjut.
Yang ketiga, lanjutnya, merupakan usaha membahagiakan orang tua dan anak istrinya. Orang-orang yang telah merawat dengan sepenuh hati, dan yang menerima dirinya dengan apa adanya tanpa memandang kekurangan fisik yang ia punya.
Menjalankan Proses Belajar Mengajar
Dalam sehari-hari, Triyanto menceritakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selalu berjalan dengan baik. Apabila menjumpai siswa siswinya yang baru mengenalnya, ia memperkenalkan dan menyampaikan terlebih dahulu kondisi fisiknya.
"Diawal pertemuan, saya memberikan pemahaman kepada siswa tentang kondisi saya, dan saya meyakinkan serta menyampaikan kepada siswa saya kalau kalian adalah anak yang baik dan akan mengikuti pelajaran saya dengan baik," bebernya.
Ia juga mengaku dukungan dan motivasi dari para rekan guru dan siswanya turut serta menjadi suplemen dirinya dalam menjalankan tugas negara.
"Saya sangat nyaman dengan keluarrga yang sudah terbentuk di MAN 4 Sleman, apalagi gurunya juga sangat baik dalam menyadari kekurangan saya. Namun saya juga mengakui kalau saya mudah beradaptasi di setiap lingkungan, sehingga meyakinkan diri saya sendiri telebih dahulu untuk mendapatkan kenyamanan itu," pungkasnya.
Bagikan: