Surabaya (Pendis) --- Kementerian Agama RI mempersiapkan fasilitator untuk guru, pengawas dan kepala madrasah yang berada di daerah 3T dengan bekal kompetensi meneliti dan analisis sosial. Penyiapan ini akan dilakukan secara bertahap di NTT, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Kalimantan Utara.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Muhammad Zain saat menyampaikan arahan menegaskan guru harus memilki kemampuan yang melampaui kompetensi diatas rata-rata. Terutama pada penyelenggaraan pendidikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
"Penyelenggaraan Pendidikan di 3T ini memiliki kompleksitas problem. Guru harus memiliki kemampuan yang melampaui kompetensi di atas rata-rata," tegasnya secara daring (dalam jaringan) pada Sabtu (28/10/2022).
Menurut Zain, aktifitas pelatihan untuk mereka harus menggunakan metode khusus dan distingtif, tidak bisa disamakan dengan model pelatihan ala perkotaan.
Wakil Komponen 3 PMU REP MEQR sekaligus Kepala Subdit Bina GTK MA/MAK, Anis Masykhur dalam laporannya menyampaikan seorang fasilitator program ini harus memiliki dua kemampuan tambahan, yakni kompetisi meneliti dan analisis sosial.
"Fasilitator dan guru harus memiliki kompetensi meneliti dan kompetensi analisis sosial," katanya.
Anis menuturkan bahwa guru di daerah "khusus" tersebut banyak yang memainkan peran ganda. Seorang guru pengampu mapel tertentu, juga mengampu mapel lainnya.
"Guru agama kadang harus mengampu matematika, kimia atau mapel lain, karena keterbatasannya. Begitu pula sebaliknya. Bahkan seringkali kita temukan, mereka mengajar di madrasah di pagi hari, dan mengajar di masyarakat di sore harinya," jelas Anis memaparkan.
Maka dengan memiliki dua kompetensi tersebut secara memadai, kata Anis, mereka akan dapat memetakan permasalahan secara tuntas, sehingga langkah penyelesaian juga dapat dianalisis secara tepat.
Anis juga menjelaskan, kemampuan meneliti dan analisis sosial menjadi modal dalam mengatasi pelbagai permasalahan yang ada di hadapannya. Kompetensi tersebut juga akan menjadikan guru lebih percaya diri ketika mengajar. Dalam pandangan Dosen UIN Syarif Hidayatullah tersebut, untuk analisis sosialnya dapat menggunakan salah satu model analisis sosial seperti "Iceberg Analysis" dan "U Proses: Otto Schammer dan Peter Senji.
Sebenarnya, lanjut Anis, dalam kurikulum merdeka telah disediakan meski polanya dalam bentuk yang sederhana.
"Misalkan saja, seorang pendidik harus terbiasa menggali informasi dengan mempertanyakan penyebab setiap peristiwa hingga level (minimal) tiga," tuturnya menjelaskan.
Giat pelatihan kali ini dilaksanakan sejak tanggal 28 Oktober - 1 Novemper. Fasilitator yang dihadirkan berasal dari 5 propinsi yang memiliki keistimewaan, yakni Sulawesi Tengah, NTT, Kalimantan Utara, Papua Barat dan Maluku.
Bagikan: