Makassar (Pendis) - Komitmen Kementerian Agama dalam upaya mengembangkan program keterampilan yakni diversifikasi madrasah vokasional perlu mendapatkan perhatian lebih intens. Staf khusus Menteri Agama, Abdul Rochman saat menyampaikan arahan di hadapan Kepala MAN Plus Ketrampilan mengatakan Era saat ini adalah era perubahan yang sangat dinamis, dimana jenis pekerjaan itu cepat berubah dibanding beberapa tahun yang lalu.
Menurut Cak Adung, nama panggilan akrabnya, beberapa hal yang ingin diingatkan adalah sebagai berikut. Pertama, meskipun ada spesifikasi jenis madrasah apakah MAN IC, Kejuruan, Akademik ataupun kekhususan yang lain, tapi kita perlu ingat bahwa Madrasah ya adalah Madrasah, yang memiliki karakter khusus.
“Jadi ada distingsi antara madrasah dengan sekolah. Keunggulan madrasah itu mampu menyeimbangkan Pengetahuan umum dan Agama. Ini sekaligus menjadi aspek diferensiasinya,” kata Cak Adung di Makassar, Sabtu (12/11/2022).
Masyarakat memandang, kata Cak Adung, lulusan madrasah itu pasti bisa shalat, wudhu dan baca al-Quran. Maka, menurutnya, Core bussiness inilah jangan sampai terabaikan.
"Sama halnya dengan lulusan IAIN/UIN yang juga pasti bisa khutbah Jum’at," jelasnya lebih lanjut.
Kedua, lanjut beliau, Direktorat GTK Madrasah agar memikirkan ulang soal bagaimana kita memberikan lifeskill kepada siswa-siswi sesuai kebutuhan dan karakternya. Para siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
"Setiap siswa tidak harus mengambil bidang keterampilan yang sama. Semua ikut di otomotif, Tata Busana, Menjahit ataupun bidang keterampilan lainnya," tukasnya.
Direktur GTK Madrasah, Muhamad Zain pada kesempatan yang sama juga mengamini arahan Abdul Rochman yang juga alumni madrasah. Yang demikian itu adalah janji konstitusi untuk mencerdaskan anak bangsa. Beliau berharap Sharing knowledge pada kegiatan Rapat Koordinasi Nasional MA Plus Keterampilan ini bisa menjadi sangat bermanfaat ke depannya. Maka keterampilan yang dimaksud adalah jiwa enterpreunernya.
“Mengapa Singapura, negara kecil itu sukses dan survive secara ekonomi dan politik. Hal tersebut disebabkan kuat dalam enterpreneur nya. Begitu pula di Amerika," ujarnya.
Zain juga menjelaskan istilah entrepreneur tidak selamanya dipahami hanya berdagang saja. Pertama, Academical enterpreneur jadi orang intelektual seperti guru tetapi dia mempunyai cara berpikri Kreatif dan inovatif. Kedua, government enterpreneur (birokrat) berpikir panjang kedepan (sustainable).
“Ketiga, entrepreneur yang hakiki yaitu bermakna Pengusaha,” tutup Zain.
Arahan tersebut disampaikan pada giat Rapat Kordinasi Kepala MAN Plus Ketrampilan se Indonesia di Makassar, 11-13 November 2022 yang lalu.
Bagikan: