Bengkulu (Pendis) - Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Muhammad Zain mengunjungi MAN IC Bengkulu Tengah dalam agenda penutupan kegiatan program intensif tahfidzul qur'an pada Kamis (13/04/2023).
Dalam agenda tersebut, Zain memberikan materi dan motivasi kepada seluruh pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik tentang pentingnya menumbuhkan spirit belajar dan bekerja berasaskan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah.
Terlebih, menurut Zain, siswa - siswa MAN IC harus memiliki distingsi keilmuan yang holistik dan integratif. Integrasi ilmu itu penting. Penguasaan ilmu dasar sains dan teknologi serta agama saling berkaitkelindan.
Lebih lanjut, Zain menceritakan bagaimana kisah hidup BJ Habibie yang merupakan founding father MAN Insan Cendekia yang dalam hidupnya senantiasa menyeimbangkan kehidupan agama, budaya dan sains.
"Kita harus mencontoh BJ Habibie yang selalu menyeimbangkan antara Iptek dan Imtaq. Iptek saja tanpa Imtaq tentu berbahaya. Oleh karena itu, beliau pernah mengatakan bahwa antara pendidikan dengan kebudayaan harus serentak pelaksanaannya. Pemaknaan dari pemikiran BJ Habibie tersebut, salah satunya adalah bertujuan melahirkan manusia-manusia yang cerdas secara intelektual dan juga cerdas secara spiritual dan sosial, sehingga bisa menghormati mereka yang berbeda, serta mampu menghormati budaya yang ada.", Ujar Zain dihadapan para PTK dan peserta didik MAN IC Bengkulu Tengah.
Lebih jauh Zain mengutip Prof Fareed Esaack dalam bukunya: The Qur'an: A short introduction yang membagi pecinta dan pembaca al-Qur'an menjadi tiga kategori. Yakni: (a) the uncritical lover; ibu Prof Fareed di kampung, sambil memasak juga membaca al-Qur'an, dan berharap agar masakannya lezat berkah dari membaca al-Qur'an. (b) the scholarly lover, yakni mencintai sambil menafsirkan makna-makna al-Qur'an. Sarjana tafsir masuk dalam kelompok ini, seperti Buya Hamka dengan tafsir Al-Azharnya, Prof. M. Quraish Shihab dengan tafsir al-Mishbahnya. Pada level dunia ada Muhammad Husain al-Thabathaba'iy dengan tafsir al-Mizan-nya, Muhammad Asad, Abdullah Yusuf Ali,Syekh Muhammad Abduh, Jalaluddin al-Suyuthy, dst. (c) the critical lover. Kelompok yang ketiga ini adalah mereka yang berusaha memahami al-Qur'an dengan mengikutsertakan linguistik, antropologi, sosiologi, hermeneutika, dan filsafat. Tokoh yang termasuk dalam kelompok ini seperti Nasr Hamid Abu Zaid, Mohammed Arkoun, Hassan Hanafi, dst.
Kepala MAN IC Bengkulu Tengah, Imam Ghozali melaporkan bahwa program intensif Tahfidzul Qur'an ini bertujuan untuk meningkatkan dan merecharge spiritualitas para siswa MAN IC. Ia berharap dengan adanya kegiatan ini siswa MAN IC tidak hanya unggul secara intelektual, tapi juga memiliki kepribadian yang religius.
"Program Tahfidzul Qur'an ini merupakan sarana bagi para siswa agar senantiasa menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga ilmu-ilmu yang telah didapatkan dan dikembangkan oleh siswa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.", tegas Imam.
Sebagai penutup, Zain berpesan kepada seluruh guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik agar menjadikan Al-Quran sebagai sumber ilmu dan pengetahuan.
"Apabila kita tidak dapat menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan, minimal kita harus mengetahui ayat-ayat sains, ekonomi dan politik serta sosial kemasyarakatan. Karena dengan mengetahui ayat-ayat tersebut secara utuh, kita akan terhindar dari sifat-sifat serakah dan eksploitatif, sehingga kita akan menjadi pribadi yang lebih bijak dalam pengembangan ilmu pengetahuan", pungkas Zain.
Hadir dalam kegiatan ini, Drs. H. Hamdani, M.Pd, Kabid Pendidikan Madrasah Provinsi Bengkulu yang juga memberikan sambutan.
Bagikan: