Lombok (Kemenag) - Dalam upaya menghadapi tantangan era digital, konsep pengajaran kontekstual dengan prinsip 3R (Religious, Reasoning, Research) semakin relevan dan penting. Konsep ini bertujuan untuk mewujudkan generasi berkarakter, kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam secara kaffa.
Materi ini disampaikan secara gamblang oleh Subanji, salah satu narasumber pada Penguatan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah pada Kamis, (16/5/2024). Dengan mengadopsi pendekatan ini, diharapkan para siswa tidak hanya memiliki keterampilan akademis, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan moral yang kuat.
Subanji mnjelaskan bahwa sejarah menunjukkan peradaban manusia terus berubah, terutama dengan adanya revolusi industri dari 1.0 hingga 4.0, yang saat ini berlanjut menuju revolusi industri 5.0. Perubahan ini membawa tantangan baru, termasuk ancaman hilangnya pekerjaan tradisional karena otomatisasi dan robotika.
"Selain itu, munculnya teknologi baru seperti kecerdasan buatan dan 5G mempercepat transformasi di berbagai sektor," katanya.
Dalam menghadapi perubahan ini, kata Subanji, pendidikan harus kreatif dan berkarakter. Penerapan konsep 3R dalam pendidikan tidak hanya mengintegrasikan nilai-nilai religius sebagai sumber belajar, tetapi juga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan melakukan penelitian.
"Dengan penerapan metode ini, siswa diajak untuk memahami dan menerapkan ilmu dalam konteks kehidupan nyata, meningkatkan iman dan manfaat bagi masyarakat," terangnya.
Pendidikan yang berbasis pada prinsip 3R menekankan pentingnya melibatkan siswa dalam proyek-proyek sejak dini. Proses ini mempersiapkan siswa untuk menjadi pekerja kreatif yang mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman. Metode pembelajaran dalam Al-Qur'an seperti dialog, kisah, perumpamaan, serta targhib dan tarhib digunakan untuk membangun karakter siswa.
Seiring dengan perkembangan zaman, lanjutnya, literasi juga mengalami transformasi. Literasi lama yang hanya mencakup membaca, menulis, dan matematika kini berkembang menjadi literasi data, teknologi, dan manusia. Literasi baru ini meliputi kemampuan membaca dan menganalisis data, menggunakan teknologi, serta berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif.
"Pendidikan yang menekankan literasi baru ini penting untuk membekali siswa dengan keterampilan yang relevan di era digital," tandas Subanji.
Subanji menekankan penerapan konsep Triple R dalam pembelajaran telah menunjukkan hasil yang positif. Misalnya, siswa diajak untuk meneliti fenomena kebersamaan dan dampaknya dalam kehidupan.
"Proyek-proyek seperti ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis," ujarnya.
Dengan menghadirkan pendidikan yang kontekstual dan berkarakter, diharapkan generasi muda Indonesia mampu menghadapi tantangan era digital dengan bijak dan berdaya saing tinggi. Prinsip 3R menjadi fondasi penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki moralitas dan integritas yang tinggi.
Bagikan: