Solo (Pendis) --- Ditengah pandemi covid-19 tak menyurutkan kreativitas para siswa untuk berkarya. Melalui berbagai adaptasi, siswa MA Negeri 1 Surakarta Mufti Muammarul dan Tiara Vania Wijaya putri berhasil menciptakan robot pembatu untuk apoteker. Robot ini diberi nama De Pharmacist.
Robot De Pharmacist diklaim dapat meminimalisir penularan covid-19 di tengah masyarakat khususnya di bidang kesehatan.
Apotek sebagai tempat esensial di masa pandemi, dinilai memiliki potensi tinggi penyebaran covet-19. Karena itu, robot ini diciptakan untuk meminimalisir interaksi antara apoteker dan pembeli.
Pembina robotik MAN 1 Surakarta Toro mengatakan, robot De Pharmacist pada awalnya dibuat untuk mengikuti Kompetisi Robotik Madrasah tahun 2021. Saat ini karya tersebut telah lolos ke tahap final.
“Bulan Oktober nanti kami final robot. Kemarin lombanya hanya lewat daring. Siswa membuat video presentasi De Pharmacist, kemudian dikirimkan untuk dilombakan,” ujarnya.
Robot De Pharmacist memang didesain khusus untuk membantu pencegahan penularan covid19.
Pada badan robot terdapat tiga loker atau slot jenis penyakit. Pemilihan slot obat penyakit juga disesuaikan dengan gejala covid-19 yang saat ini sedang melanda. Ketiga penyakit tersebut sering dialami manusia, yakni batuk, demam dan pusing.
Cara kerja robot sangat sederhana. Dilengkapi dengan sensor Ultrasonic HCSR-05 Pembeli hanya perlu memasukkan kartu identitas ke dalam slot sesuai dengan kebutuhan. Kemudian secara otomatis obat akan keluar. Dan pembeli bisa mengambil sendiri tanpa harus berinteraksi dengan apoteker.
“Secar otomatis, robot akan menerima intruksi untuk memutar papan obat sesuai program yang telah dibuat dengan aplikasi Arduino IDE. Ketika letak obat sudah berada di pintu keluar, botol obat akan didorong keluar oleh Motor Servo SG90 menuju keranjang obat sehinga bisa diambil oleh pembeli,” tambahnya
Mufti Muammarul mengatakan, pembuatan desain dan perakitan robot hanya membutuhkan waktu satu bulan. Bersama guru pembina robotik, penggarapan robot dikerjakan secara daring dan luring. Khusus untuk perakitan robot dilaksanakan di sekolah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
“Kesulitannya kemarin harus bolak balik madrasah dan asrama. Kami juga menggunakan zoom meeting untuk mendapatkan pembinaan dari guru pendaping selama prose pembuatan robot. Kadang itu, kurang maksimal kalau secara daring,” terangnya.
Banyak kelebihan yang dimilki oleh robot Robot De Pharmacist, selain dapat diaplikasikan di apotik, robot tersebut juga dapat difungsikan di sekolah maupun di rumah.
Biaya pembuatan robot juga sangat terjangkau. Satu rabot hanya menelan biaya sekitar Rp400 ribu. Memiliki desin yang terbuat dari akrilik, sehingga ringan dan kokoh.
Penggunaannya juga sangat mudah dan bisa digunakan oleh siapa saja. Energi untuk mengoperasikan robot cukup minim. Untuk mengoperasikan robot hanya memerlukan tegangan 5-7 Volt.
Dengan berbagai kemudahan yang diberikan, robot De Pharmacist dapat dengan mudah diluncurkan ke masyarakat.
“Selain di apotik, Robot ini juga dapat digunakan di UKS sekolah. Ditambah saat ini sudah mulai PTM terbatas.
Sehingga sekolah perlu menghidupkan kembali UKS. Dengan bantuan De Pharmacist di sekolah dapat memudahkan dan juga meminimalisir penularan covid-19 di sekolah," imbuhnya.
Adapun kekurangan dari robot De Pharmacist yaitu, ruang penyimpanan obat masih terbatas, Saat ini robot hanya mampu menampung sekitar 3-4 botlo obat ukuran sedang.
Namun, hal tersebut akan terus dikembangkan sehingga dapat menampung beberapa jenis obat sekaligus.
Robot ini diharapkan dapat terus dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan, De Pharmacist dapat diproduksi secara masal. Dengan begitu secara tidak langsung inovasi ini dapat mengurangi penuluran covid-19.
“Tentu kami harap robot ini dapat kembangkan lebih baik lagi. Bahkan bisa diproduksi secara masal. Sehingga dapat memutus rantai penularan covid-19 di lingkup apoteker dan masyarakat pad umumnya,” harapnya. (MAN 1 Surakarta/WE)
Bagikan: