Bogor (Pendis) - Bertepatan dengan bulan Ramadan 1438 H ini, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Dit. PD-Pontren) memanfaatkan bulan tersebut dengan menegaskan kembali komitmen integritas pegawainya dengan menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Integritas Pegawai Dit. PD-Pontren, 19 s/d. 21 Juni 2017 di Bogor. Kegiatan yang mengambil tema `Peneguhan Wawasan Keislaman dan Keindonesiaan bagi Aparatur Sipil Negara` ini dihadiri seluruh pegawai Dit. PD-Pontren termasuk Pegawai Non-PNS.
Direktur PD-Pontren, Ahmad Zayadi dalam pembukaan kegiatan tersebut menegaskan, "mengenai komitmen keislaman dan keindonesiaan ini, pesantren jauh-jauh hari sudah mengajarkan kepada kita. Kita bisa gali ilmu yang luar biasa dari pesantren. Kita harus kembali ke pesantren. Karena pesantren adalah lembaga yang otentik yang kita miliki."
"Untuk meneguhkan wawasan keislaman dan keindonesiaan, ada dua hal yang bisa kita kembangkan dari pesantren. Sanad keilmuan pesantren dan sanad kejuangan pesantren. Dari sanad keilmuan pesantren, kita bisa menggali bagaimana tradisi jaringan mata rantai keilmuan moderat yang dimiliki pesantren, melalui para pengasuh, sambung menyambung menjadi keilmuan yang berkembang hingga saat ini. Dari sanad kejuangan pesantren, kita bisa menengok sejarah yang sudah dilalui bangsa kita yang tak luput dari perjuangan tokoh tokoh kunci yang lahir dari rahim pesantren," terang doktor alumnus Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini, Senin (19/06).
Zayadi menambahkan, "terus menerus harus saya ingatkan bahwa kita mempunyai tradisi hebat seperti itu di pesantren. Sejak awal pesantren ini ada, terus komitmen terhadap keislaman dan keindonesiaan. Ini perlu kita ketahui secara bersama."
Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Selain dari unsur Kementerian Agama, seperti Prof. Dr. H. Nur Syam,M.Si (Sekjen Kemenag) dan Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd (Direktur PD-Pontren), juga menghadirkan dari akademisi dan praktisi, Dr. KH. Marzuki Wahid, MA (Peneliti Negara Islam versus Negara Pancasila dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung); Dr. Sholahuddin, MA (Peneliti dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia); Kurnia Widodo, ST (Terpidana Teroris), dan Iwan Setiawan, (Korban Bom Kuningan). (FA/dod)
Bagikan: