Jakarta (Pendis) - Sejumlah 106 satuan Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Tingkat Ulya sedang diproses muadalahnya di Universitas Al-Azhar Kairo. "Insyaallah berhasil, kami sedang menunggu persetujuan," ujar Staf KBRI di Kairo Mukhlason Jalaludin.
Informasi tersebut diterima saat zoom meeting dalam acara Rapat Koordinasi Kemitraan Aspendif-Kemenag RI, Kamis (03/12), yang diikuti pimpinan PDF dan Subdit Pendidikan Diniyah dan Mahad Aly (PDMA), di Hotel Orchardz, Jakarta.
Menurutnya, dalam kondisi pandemi Covid-19 proses pengurusan administrasi pengakuan lulusan PDF untuk studi lanjut pada Universitas Al-Azhar Kairo membutuhkan waktu tambahan. "Sangat jarang pertemuan langsung," kata Muchlason.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr. Waryono Abdul Ghafur mengharapkan kerjasama internasional dijalin juga dengan kampus-kampus destinasi studi Islam lainnya selain Mesir, seperti Maroko, Turki, dan lain-lain. "Dalam rangka memperkaya perspektif," ujarnya.
Dijelaskan, Dana Abadi Pesantren akan dioptimalkan untuk memperkuat kualifikasi dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pesantren baik di kampus dalam negeri maupun luar negeri. Tidak hanya untuk rumpun ilmu agama, tetapi juga untuk rumpun ilmu lainnya.
Waryono berharap penguatan SDM pesantren dapat dikelola dengan baik secara sistemik. Sistem Informasi Ketenagaan (SIKAP) agar segera digunakan oleh seluruh guru/ustadz dengan melengkapi data base nya. "Sistem ini sebagai upaya untuk peningkatan mutu dan kesejahteraan ketenagaan pesantren," katanya.
Imtihan Wathoni (IW)
Sementara itu, Kasi Kurikulum PDMA Ahmad Rusydi melaporkan perkembangan pelaksanaan Imtihan Wathoni. Menurutnya, kemitraan dengan Aspendif telah melakukan beberapa kegiatan, antara lain: a) penyusunan kisi-kisi IW, b) penyusunan soal-soal IW, c) koordinasi pelaksanaan IW, dan d) penatakelolaan pesantren jalur formal PDF.
Disampaikan, Imtihan Wathoni diatur dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Pendidikan Pesantren sebagai instrumen pengukuran capaian kompetensi pembelajaran santri pada PDF. Sehingga mutu akademik pesantren bisa dipetakan untuk design pengembangan mutu selanjutnya. "IW dilaksanakan secara nasional dengan pendekatan CBT," ujarnya.
Disampaikan juga, bahwa kurikulum PDF yang digunakan selama ini mengacu pada Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum (KDSK) PDF yang diterbitkan Ditjen Pendidikan Islam tahun 2015. Sudah waktunya pula untuk ditelaah (direview).
Secara umum, lanjutnya, kondisi PDF perlu support dalam berbagai bidangnya, terutama sarana dan prasarana pembelajaran: infrastruktur teknologi informasi, ruang asrama, ruang belajar, perpustakaan, dan lain-lain. (A3/dod)
Bagikan: