Jakarta (Pendis)— Plh. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Imam Syafei meminta para pengasuh dan pengelola Pondok Pesantren penyelenggara Pendidikan Kesetaraan tetap memperatahankan ciri khas dari belajar merdeka.
Imam Syafei memandang, sejatinya sedia awal berdiri, pola belajar yang dilaksanakan oleh Pendidikan Kesetaraan Pada Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS) adalah merdeka belajar. Hal ini tercermin dari perbedaan proses belajar ketimbang proses belajar secara formal.
Sekretaris Ditjen Pendis ini memandang, bahwa PPS yang baik ialah pesantren yang mampu menggali nilai lebih atau distingsi dari pesantren atau lembaga lainnya dengan menciptakan perbedaan yang membanggakqn, “anak-anak yang hebat itu rerata belajarnya fleksibel, merdeka belajar.” kata Imam saat membuka Bimtek Proktor dan Teknisi UNBK pada PPS di Hotel Aston, Rabu kemarin (4/3)
Dalam era Industi 4.0 ini, Plh Direktur PD dan Pontren ini lembaga PKPPS harus mampu menjawab arti empat kosong; kosong otak, kosong hati, kosong perut dan kosong kantong saku. Artinya PPS harus memikirkan bagaimana mengisi sisi intelegensi dan mengisi hati. “Mengisis agar kosong kantong saku dengan menciptakan peluang interpreneurship di Pesantren, karena sangat bahaya jika dari empat hal tadi kosong,” tukas Syafei.
Pada abad ke-21 ini, Imam melanjutkan, bahwa sejatinya yang masyarakat butuhkan ialah alumni-alumni yang kreatif, bukan lagi nilai-nilai Ujian Nasional saja yang menjadi idola. Namun demikian, diharapkan PPS harus mengikuti segala perubahan kebijakan dari pemerintah. Namun dengan tetap mempertahankan ciri khas.
“Dalam PPS harus kita sadari, bahwa pola pembelajaran tidak sama dengan pendidikan formal lainnya. Dan juga harus ditanamkan sifat percaya diri serta optimis kepada para santri. Mereka sejatinya mampu bersaing di manapun ia berada, namun selama ini memang belum mendapat kesempatan yang sama” pungkasnya.
Acara Bimtek Proktor dan Teknisi UNBK Pada PPS ini diselenggarakan oleh Subdit Pendidikan Kesetaraan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam. “Acara ini merupakan persiapan ditingkat pusat kepada para pengelola Pesantren Salafiyah penyelenggaran Pendidikan Kesetaraan dalam rangka menghadapi Ujian berbasis Komputer,” kata Kasubdit Pendidikan Kesetaraan, Rahmawati kemarin. (Solla)
Bagikan: